Ide tulisan ini datang dari status seorang teman yang menanyakan siapa yang menyusun kurikulum sehingga materi sekolah terasa padat dan sering kali menyulitkan tidak saja anak tapi juga orang tua.

Saya ingin menuliskan ini kembali dengan tujuan sebagai pengingat untuk diri saya sendiri juga. Thanks Wida, untuk ide tulisannya yang menarik

Seperti yang kita ketahui, sejak tahun 2006 kurikulum lama memodifikasi diri menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP. KTSP dapat juga diartikan dengan kurikulum sendiri. Mengapa demikian?

Tidak seperti sebelumnya, guru selalu menerima dalam bentuk jadi kurikulum yang ditawarkan dari pusat. Maka dengan KTSP, pemerintah ingin agar setiap sekolah mampu untuk membuat kurikulum sendiri. Model KTSP juga menuntut kreativitas untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kondisi lokal.

Untuk membantu para guru menyusun kurikulum, ketika model KTSP ini diluncurkan pertama kali, Depdiknas menyediakan bantuan berupa kerangka acuan, seperti: standar isi dan standar kompetensi. Berpegang pada inilah kurikulum disusun.

Dan bagi sekolah yang belum siap menyusun kurikulum sendiri pemerintah menyediakan model kurikulum lengkap yang langsung bisa diaplikasikan ke satuan pendidikan.

Jadi, siapa yang menyusun kurikulum? Masing-masing sekolah boleh, bahkan disarankan untuk menyusun kurikulumnya sendiri.

Sumber: http://enggar.net/

Beberapa waktu lalu dunia pendidikan dikagetkan oleh semakin merosotnya nilai Bahasa Indonesia di UN. Berbagai alasan dikemukakan. Buat saya, hanya satu penyebab utama: Kurangnya membaca.

Mengapa? Apakah guru di sekolah tidak pernah meminta siswa untuk membaca buku? Sangatlah tidak adil jika kita mengambinghitamkan mereka yang telah berupaya untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswanya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Mengenalkan anak pada kegiatan membaca sedini mungkin. Ini adalah salah satu gerakan untuk #SelamatkanAnakBangsa.

Dokumentasi: Dari sini

1. Mulai dari lingkungan terdekat. Tularkan kebiasaan membaca pada anak sejak dini.
Tidak mungkin meminta anak kita membaca jika kita sendiri sebagai orang tua lebih memilih menonton sinetron, misalnya.

2. Ajak anak-anak mengunjungi perpustakaan atau toko buku. Toko buku sekarang banyak didesain sekaligus sebagai perpustakaan. Bisa menjadi pengenalan awal ke anak tentang fungsi perpustakaan.

3. Temani dan pilihkan bacaan yang sesuai untuk usia mereka. Buku cerita bergambar atau komik dapat digunakan sebagai langkah awal untuk menarik minat anak-anak pada buku.

4. Sesekali minta mereka untuk menceritakan kembali isi buku yang dibaca. Ini akan membuat kegiatan membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menghibur.

5. Berikan hadiah buku di hari ulang tahun mereka. Atau, pengalaman orang tua saya dulu, jika ada anak yang berulang tahun atau berprestasi kami diizinkan untuk membeli buku lebih dari satu. Anak lainnya cukup satu. Dan ini adalah hadiah yang paling kami tunggu. Kami bersuka cita menunggu hari ulang tahun.

Manfaat membaca tentu banyak, salah satunya mengembangkan pemikiran dan cara berpikir kita, menambah kosa kata baru, dan lain-lain. Sejatinya, membaca akan membawamu pada dunia yang penuh warna dan dinamis.

Mari membaca dan warnai hari-harimu dengan buku-buku yang bergizi.

Sumber: http://enggar.net/

JAKARTA, KOMPAS.com - Agar tetap relevan, manusia harus terus berubah. Perubahan itu bisa dirancang dan ditumbuhkan melalui pendidikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Akan tetapi, kenyataan kini, lingkungan masyarakat justru sering bertindak berlawanan, tidak selaras dengan pendidikan yang dilakukan di keluarga dan sekolah.

Demikian inti dari seminar ”The Generation of Change” yang digelar di SMA Kolese Kanisius, Jakarta, Sabtu (17/9). Seminar yang menghadirkan pembicara Richardus Eko Indrajit (alumnus Kanisius) dan Basuki Tjahaja Purnama (anggota DPR dari Fraksi Golkar) itu sekaligus mengawali kegiatan The 11th Canisius Education Fair. Pameran pendidikan itu akan berlangsung pekan depan dan diikuti lebih dari 70 lembaga.

Terusik

Eko Indrajit, Guru Besar Ilmu Komputer itu, mengemukakan, umumnya manusia berubah karena terusik, baik terusik secara nurani, emosi, maupun secara fisik. Nurani kita terusik ketika melihat ketidakadilan, melihat kesemrawutan lalu lintas, atau menyaksikan korupsi yang merajalela di negeri ini. Apa yang kita lihat di masyarakat dan di pemerintahan sering kali tidak sesuai dengan pendidikan yang diberikan di rumah dan sekolah.

”Jika demikian, efektifkah pendidikan di keluarga? Saya tetap melihat pendidikan di keluarga amat efektif, terutama untuk pembentukan nurani. Dan, pendidikan nurani di rumah itu dikuatkan dengan pendidikan di sekolah,” tutur Eko Indrajit.

Sementara itu, Basuki Tjahaja Purnama banyak berbagi pengalaman pribadi saat menjadi anggota DPRD di Bangka Belitung, kemudian menjadi bupati, dan kini menjadi anggota DPR.

”Kita semua merindukan rumah Indonesia yang sejahtera, dibangun di atas empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Jika ada pilar yang rusak, kita ibarat membangun rumah di atas fondasi yang berantakan. Karena itu, untuk mewujudkan upaya membuat generasi pengubah, diperlukan upaya yang amat keras,” kata Basuki. (ton)

Sumber :Kompas Cetak (http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/19/09312248/Pendidikan.untuk.Mengubah.Manusia)

Oleh: Hindraswari Enggar Dwipeni

Ada yang menarik. Partner baru saja pulang menghadiri acara TEDX. Dan dia langsung bercerita satu presentasi yang menurut dia saya pasti suka. Dia tahu persis saya selalu tertarik dengan tema yang berkaitan dengan Pendidikan.

Dan inilah ceritanya. Kang Zaini Alfi adalah seorang traditional games expert. Sekilas informasi yang saya peroleh dari brosur:

“Zaini’s teaches children the fun of traditional games and toys through his social business, Komunitas Hong. He is also committed to reinvesting profits in children education, health and wellbeing through this platform.”

Zaini adalah lulusan ITB yang mendalami permainan tradisional. Melalui komunitas Hong yang didirikannya, ia bertekad melestarikan mainan dan permainan rakyat. Komunitas ini terdiri dari 150 anggota yang berasal dari masyarakat tingkatan usia dari mulai usia 6 tahun sampai usia 90 tahun. Kelompok anak adalah pelaku dalam permainan sedangkan untuk anggota dewasa adalah sebagai narasumber dan pembuat mainan.

Komunitas mainan rakyat ini berusaha menggali dan merekonstruksi mainan rakyat, baik itu dari tradisi lisan atau tulisan berupa naskah-naskah kuno dan berusaha memperkenalkan mainan rakyat dengan tujuan menanamkan sebuah pola pendidikan masyarakat buhun agar seorang anak mengenal dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya. (sumber: dari sini)

Tadi partner menerangkan filosofi permainan congklak yang dipaparkan oleh kang Zaini di acara TEDX.

Permainan congklak dimainkan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congkak dan biji congklak sebanyak 50 (10×5), idealnya 98 (14 x 7). Jumlah biji berbeda-beda tergantung jumlah lobang yang ada pada papan congklak. Kebetulan milik kami adalah papan congklak dengan 10 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 5 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kanannya dianggap sebagai milik sang pemain.

Cara memainkannya: Masing-masing lobang kecil dari 2 pemain diisi dengan 5 buah biji. Pemain pertama dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu biji ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi. Bila habis di  lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.

Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak. (sumber dari sini)

Permainan ini mempunyai arti:

5 lobang kecil yang berhadap-hadapan itu menandakan nama hari dalam jawa.  Namun bisa juga 7 untuk menandakan jumlah hari.

Permainan ini mengajarkan, bahwa jika kita mempunyai rejeki, kita dapat membaginya untuk kebutuhan kita sendiri satu-satu (tidak perlu berlebih), diwakilkan ketika kita meletakkan satu biji ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Ketika rejeki itu berlebih kita boleh menyimpannya di lumbung (lobang besar). Lagi-lagi cukup satu. Dan jika kita masih mempunyai lebihnya, bagikan ke saudara, tetangga, teman, dll (ditandai dengan meletakkan satu biji ke setiap lobang papan congklak milik teman di hadapan kita). Namun kita tidak diperbolehkan meletakkan biji di dalam lumbung milik kawan kita. Mengapa? Karena adalah kewajiban si empunya untuk menghidupi dirinya sendiri, yang disimbolkan sebagai tabungan. Dan begitu seterusnya.

Intinya adalah dalam hidup kita diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan dan saling berbagi terhadap orang lain. Serta mengajarkan untuk bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri.

Wow, saya sungguh takjub mendengar cerita dari partner. Sungguh indah filosofi nenek moyang kita dulu, bukan? Ingin tahukah Anda mengapa orang tua kita jaman dahulu mengajarkan anak-anak bermain? Karena jaman dahulu tidak ada sekolah formal dan itulah cara nenek moyang kita mendidik anak-anak mereka.

Menarik ya? Permainan tradisional ini juga bisa disisipkan ke dalam pembelajaran di sekolah loh.

Kalau selama ini Anda, para guru terbiasa memberikan permainan di sela pembelajaran, tidak ada salahnya permainan tradisional seperti ini diterapkan. Selain melestraikan permainan tradisional yang melimpah sekali di negara kita ini, anak-anak pun dapat dibekali penanaman nilai-nilai karakter yang kuat.

Bukankah impian kita semua agar anak-anak Indonesia tumbuh menjadi anak-anak yang tidak hanya pintar tapi juga mempunyai karakter yang kuat, baik dan dapat dibanggakan?

Mengenai komunitas Hong juga dapat di baca di sini. Atau di http://kaulinanbudak.multiply.com/

Sumber: http://enggar.net/

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah telah mengimbau agar dinas-dinas pendidikan di berbagai daerah segera mengumumkan dan melakukan sosialisasi jadwal pelaksanaan ujian nasional ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Berikut adalah jadwal pelaksanaan UN yang akan disosialisasikan:



Jenjang Sekolah Menengah Atas

  • UN untuk SMA/MK, SMALB, dan SMK: 18-21 April 2011
  • UN Susulan SMA/MK, SMALB, dan SMK: 25-28 April 2011
  • Pengumuman kelulusan paling lambat 16 Mei 2011
  • Ujian Praktik Kejuruan untuk SMK: Paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan UN. Pengumuman kelulusan paling lambat 5 Juni 2011

Jenjang Sekolah Menengah Pertama

  • UN untuk SMP/MTs dan SMPLB: 25-28 April 2011
  • UN Susulan SMP/MTs dan SMPLB: 3-6 Mei 2011

Jenjang Sekolah Dasar

  • UN untuk SD/MI dan SDLB: 10-12 Mei 2011
  • UN Susulan SD/MI dan SDLB: 18-20 Mei 2011
  • Pengumuman kelulusan paling lambat minggu ketiga bulan Juni 2011

Sumber : Kompas.Com