Membangun Peradaban Mulia
Tidak mudah menjadi pemimpin publik yang kebijakannya bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Bekal popularitas saja tidak cukup. Harus ada aspek utama lain yang dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni sikap jujur, amanah, dan memberikan keteladanan dalam kinerjanya.
Ahmad Heryawan bisa dikatakan sebagai sosok pemimpin yang lengkap. Gubernur Jawa Barat dua periode (2008-2018) yang akrab disapa Aher ini dikenal rendah hati dan punya etos kerja baik. Dengan latar belakang sebagai mubalig dan akademisi, tidaklah mengherankan jika Aher memberikan porsi perhatian yang besar terhadap pendidikan untuk membangun Jawa Barat.
Kiprahnya dalam mengelola Jawa Barat pernah diganjar penghargaan dari Youngsan University, Korea Selatan, berupa gelar doktor honoris causa bidang manajemen pemerintahan. Pada tahun 2011, ia dinobatkan sebagai tokoh perubahan oleh harian Republika. Sejak menjabat gubernur, lulusan Institut Pertanian Bogor ini telah menuai sekitar 174 penghargaan.
Pada Desember 2013, misalnya, ia meraih tiga penghargaan. Salah satu award yang diterimanya adalah penghargaan entrepreneurship development dari menteri koperasi dan UKM. Pada 2015 Jawa Barat di bawah pemerintahannya meraih penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara untuk kali kelima. Aher dinilai memiliki perencanaan pembangunan terbaik dan dianggap berhasil meningkatkan kualitas pembangunan daerah. Ia juga dinilai berhasil membina sekaligus mendorong pengembangan pendidikan inklusif.
Lahirnya buku Membangun Peradaban Mulia karya Aher ini sesungguhnya tidaklah mengherankan. Pasalnya, ia memang dikenal sebagai figur yang dekat dengan dunia literasi, terutama menulis. Nuansa religius mudah dijumpai dalam tiap pemikiran Aher yang dituangkan ke dalam tulisan. Suherman, pustakawan nasional yang berasal dari Jawa Barat, bahkan mengakui bahwa Aher kerap melahap buku-buku Barat, tapi Islam adalah referensi utama yang landasan jika ditanya soal kepemimpinan. ”Setiap harus memutuskan suatu kebijakan, ia selalu mengacu pada dogma amar ma’ruf nahi munkar,” tulis Suherman tentang sosok Aher.
Diterangkan pula bahwa Aher sangat hobi membaca buku dan lahir dari keluarga yang sangat hobi membaca. Karena itu, ia punya prestasi yang luar biasa terhadap buku. Wujud apresiasinya pada dunia pustaka dibuktikan dengan pembangunan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) di Jawa Barat. Tak tanggung-tanggung, gedung penyimpan ribuan koleksi buku ini kini menjadi perpustakaan pertama di sebuah provinsi yang bertaraf internasional (the world class library).
Tidak hanya itu, Jawa Barat merupakan provinsi pertama yang membuat peraturan daerah (perda) tentang perpustakaan. Tak heran jika Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak meraih penghargaan Jasadarma Pustakaloka, sebuah penghargaan tertinggi di bidang perpustakaan dari Perpustakaan Nasional RI.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan Aher yang pernah dimuat pada kurun 2008-2013 di beberapa surat kabar sejak ia memangku jabatan gubernur Jawa Barat. Terdapat 31 tulisan yang diambil dari artikel, surat kabar, dan wawancara eksklusif. Ada tiga bab penting yang mewakili pemikiran-pemikiran Aher di buku ini, yakni Inspirasi Kebangkitan, Karakter Bangsa, dan Inovasi Tata Kelola.
Kekentalan religiusitas dalam tulisan Aher memang menjadi magnet tersendiri selain kekuatan wawasan sejarah yang memang merupakan kegemarannya. Nuansa religiusitas itu terlihat jelas dalam tulisan berjudul Perubahan. Di situ Aher mengungkapkan, selama ini serangan para pemikir Islam terhadap peradaban kapitalisme hanya menyentuh aspek ruhiyah atau moral kejiwaan yang tidak mendapatkan perhatian dari peradaban berbasis mater tersebut. Menurut dia, dampak dari peminggiran ide-ide ketuhanan pada peradaban kapitalis telah melahirkan generasi yang kering kerontang jiwanya. Keberhasilan di bidang materi yang dapat dicapainya harus dibayar mahal dengan kehampaan jiwa (hlm. 31).
Di artikel Membangun Jawa Barat, ia menegaskan bahwa penataan wilayah Jawa Barat secara merata kini bukan lagi dalam angan-angan, tetapi sudah mengarah pada perencanaan dan implementasi. Ia merujuk pada Rancangan Perda Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pengembangan Jawa Barat Bagian Selatan. Substansi perda ini tidak hanya difokuskan pada pembangunan infrastruktur (jalan), melainkan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Secara garis besar, pemikiran-pemikiran Aher dalam buku ini mudah dicerna karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana. Sangat humanis. Lewat buku ini, pembaca dapat terinspirasi untuk tidak hanya berwacana dan bersolek demi pencitraan namun miskin kerja dan prestasi, tetapi mau bekerja keras sepenuh hati untuk membangun sebuah perabadan mulia.
Oleh: Eko Prasetyo (Pemred Majalah Media Guru Indonesia)
Sumber: Pasundan Ekspress