Sejak masa awal didirikannya, masjid memiliki fungsi lebih dari sekadar tempat beribadah bagi umat Muslim. Masjid juga digunakan di antaranya sebagai tempat pendidikan, latihan militer dan persiapan militer, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, hingga menerima utusan delegasi atau tamu dari luar negeri. Di masjid yang didalamnya terdapat pembinaan berbagai bidang pendidikan, sosial dan politik seperti yang disebutkan di atas, di situlah lahir tokoh-tokoh berjasa dalam sejarah Islam yang mendunia, seperti sahabat-sahabat Rasulullah SAW.
Tidak mengherankan, pada masa selanjutnya masjid menjadi pusat pengembangan budaya dalam semua aspek kehidupan masyarakat Muslim khususnya. Contohnya, Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, pada awalnya merupakan kegiatan belajar mengajar di masjid Al-Azhar yang dibangun pada dinasti Fatimiyah.
Salah satu ibadah yang sangat agung kepada Allah SWT di antaranya adalah memakmurkan masjid, yaitu dengan cara mengisinya dengan ibadah kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk memakmurkan masjid dapat berupa lahir maupun secara batin. Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, tilawah Al-Qur’an (membaca Al-Qur’an), berzikir, kegiatan belajar dan mengajarkan ilmu agama, mengkaji dan berdiskusi ilmu agama seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan pemakmuran masjid secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan bangunan masjid, sehingga terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya.
Berdasarkan data dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) pusat, tercatat hingga saat ini terdapat 700 ribu masjid dan mushala yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Namun sangat disayangkan, dapat kita lihat sendiri di lingkungan terdekat kita misalnya, mayoritas dari orang-orang yang memakmurkan masjid adalah para orang tua, itu pun hanya melaksanakan shalat berjamaah. Lalu di mana kah para pemuda yang kelak akan membangun dan memajukan bangsa ini?
Di tengah arus modernisasi seperti sekarang ini, memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya jika para pemuda lebih tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung hobi tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut tentu saja menarik bagi mereka karena kegiatan tersebut lebih kurangnya akan mengubah menambah ilmu dan memperluas pergaulan mereka.
Oleh sebab itu, tidak ada salahnya juga jika masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam berani mengubah format sedemikian rupa seperti mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat membangun potensi diri anak muda seperti seminar tentang dunia remaja, pelatihan membaca Al-Qur’an dan kitab kuning, diskusi ilmu-ilmu Islam, mengadakan kegiatan-kegiatan perlombaan, dan kegiatan lainnya yang menarik untuk para remaja. Dengan demikian, para remaja diharapkan merasa ingin menjadi bagian dari setiap denyut nadi kegiatan yang diadakan di masjid.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah peran serta setiap individu untuk mengajak orang terdekat kita untuk sama-sama memakmurkan masjid terdekat kita. Mulai dari shalat berjamaah sebisa mungkin dilakukan di masjid, hingga mengadakan kegiatan yang tentunya menarik yang bertujuan untuk menambah keimanan dengan ilmu-ilmu keislaman, serta sebagai ajang silaturahmi sesama saudara Muslim.
Mari bersama-sama kita kembalikan fungsi masjid seperti pada zaman Rasulullah SAW di mana berbagai lini kegiatan positif ada di dalamnya. Sudah seharusnya masjid pada zaman sekarang sama hebatnya dengan masjid pada zaman Rasulullah, di mana dari dalamnya melahirkan banyak orang-orang hebat dalam sejarah dunia. Sudah saatnya juga masjid ‘berwajah ramah’ kepada para generasi muda yang tentu akan menjadi penerus perjuangan Islam di masa yang akan datang. Jangan meramaikan masjid hanya pasa saat bulan Ramadan atau hari-hari besar Islam saja, harusnya bisa setiap hari. Mulailah hari ini! – Fikni Mutiara