Hati adalah misteri besar Allah SWT. Di dalam hati, Allah SWT meletakkan dimensi ketuhanan-Nya. Melalui hati, Allah SWT selalu ”membisikkan” kebenaran. Kebenaran yang akan selalu mengarahkan manusia kepada budi pekerti yang mulia (akhlâqul karîmah). Namun, jika manusia menolak ”bisikan” ini, maka hati manusia akan tertutup kabut tebal dan gelap, jauh dari kebenaran, dan akan terjangkit virus yang merusak seluruh jaringan dan sistemnya. Abu Hurairah berkata : “Hati adalah raja anggota tubuh. Anggota tubuh adalah para prajuritnya. Apabila raja baik, maka baik pulalah para prajuritnya. Apabila raja buruk, maka buruk pulalah para prajuritnya”.
Hati adalah tempat terjadinya ”dialog” manusia kepada Tuhannya. Itu sebabnya hati seseorang tidak dapat dibaca oleh orang lain. Melalui hati manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, dan yang berada di antara keduanya, syubhat (tidak jelas).
Hati harus dirawat dan dijaga dari virus-virus, karena jika terjangkit, ”komunikasi” manusia dengan Tuhan akan terhalang, jiwa manusia akan jauh dari ”cahaya” Tuhan. Hati harus terus-menerus dipupuk dengan kebajikan, sehingga hati akan selalu berada dalam jalur ketuhanan. Ibnu Athaillah Al-Iskandari berkata: “Hati ibarat pohon, jika disiram maka buahnya akan tampak jelas. Sementara bila hati kering, buahnya akan rontok dan manfaatnya akan hilang”.
Pertanyaan kemudian timbul, apakah semua hati manusia selalu terjaga oleh cahaya ketuhanan? Cahaya kebenaran? Cahaya Keadilan yang diridhai Allah SWT? Jika benar demikian, lalu mengapa banyak manusia berpaling dari hakikat ini dan selalu terjebak pada kemaksiatan, kejahatan, dan lainnya? Mengapa pula tidak banyak manusia yang sadar bahwa dalam dirinya terdapat potensi Ilahiah yang akan membimbingnya pada jalan kesucian? Apa yang membuat pemahaman manusia tentang keajaiban hati ini menjadi terhijab?
Melalui buku ini, pertanyaan-pertanyaan di atas akan dijawab dengan gamblang oleh penulis. Selain itu, buku ini juga mengajak pembaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kondisi hati kita sekarang? Apakah dalam keadaan baik atau sebaliknya? Bagaimana caranya membersihkan hati jika kotor? Bagaimana mengenali potensi hati dan menjaganya? Bagaimana mengenali virus yang bersarang di hati dan mengubahnya menjadi aset? Lalu bagaimanakah cara mengarahkan dan menetapkan hati?
Buku ini mengetengahkan sejumlah hasil pemikiran dan kontemplasi penulis tentang kedahsyatan dan kesucian sebuah hati. Penulis yang juga pernah mengalami cobaan dari Allah SWT berupa terjangkit penyakit kanker otak dan kanker nasofaring (saluran pernafasan) ini akan berbagi pengalaman spiritualnya kepada pembaca bagaimana dengan terapi hari dan zikir ia dapat disembuhkan oleh Allah SWT dari dua penyakit ganas tadi.
Buku ini hadir untuk kedua kalinya setelah sebelumnya diterbitkan oleh Pustaka Nuun yang bekerja sama dengan Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf (LEMBKOTA), sebuah lembaga yang didirikan oleh penulis di Semarang. Pada edisi kali ini, terdapat beberapa revisi dan penambahan, serta rekoreksi pada bagian-bagian tertentu. Sungguhpun demikian, buku ini tentu masih terdapat kekurangan dan kelemahan di sana sini. Kritik dan saran pembaca tentu akan kami harapkan selalu. Kepada pembaca akhirnya kami ucapkan selamat berpetualang dan menyelami mutiara-mutiara yang terpendam dalam buku ini. Selamat membaca! (Hijrah Saputra/Editor)