Jadwal Piala Dunia Brasil 2014

Seperti apa kiprah para pemain Muslim yang akan turun di ajang Piala Dunia 2014 Brasil yang berbarengan dengan datangnya bulan suci Ramadhan?

Sebagai seniman lapangan hijau seperti pesepak bola pada umumnya, Franck Ribéry, Mesut Özil, Yaya Touré, Edin Dzeko, Kolo Touré, atau Sami Khedira bukanlah nama-nama yang asing di telinga. Menarik untuk melihat kiprah mereka di ajang Piala Dunia 2014 Brasil. Apalagi pada gelaran Piala Dunia kali ini berbarengan dengan datangnya bulan suci Ramadhan di mana ada kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.

Apa sikap para pesepak bola Muslim di Piala Dunia kali ini? Bagaimana mereka menyiasati pertandingan membela nama negara dengan kewajiban menjalankan ibadah puasa?  

Seperti pernah dilaporkan DailyMail, beberapa pesepakbola Muslim rupanya tetap memilih untuk berpuasa meski harus turun bertanding dalam laga sepak bola. Salah seorang yang mengaku akan tetap berpuasa menjelang dan selama menghadapi pertandingan sepak bola adalah Kolo Touré.

Pada Piala Dunia nanti Kolo Touré bersama kakak kandungnya, Yaya Touré akan membela Pantai Gading. Pantai Gading tergabung di Grup C bersama Jepang, Kolombia, dan Yunani. Jika Pantai Gading lolos dari babak penyisihan grup, maka dipastikan Kolo Touré harus menjalani laga sepak bola di awal-awal bulan puasa.

Suatu kali saat ditanya apa kiat menyiasati berpuasa sambil bermain bola, Kolo Touré mengatakan, "Saya sudah mengamati selama bertahun-tahun bagaimana menjalani ibadah Ramadhan sambil bermain sepakbola. Anda perlu menjaga menjaga pola makan dengan baik. Anda juga perlu makan makanan yang tepat karena salah-salah berat badan Anda malah bertambah atau sebaliknya kehilangan berat badan. Karena itulah Anda perlu minum yang cukup. Anda juga harus sadar akan apa yang Anda lakukan, karena tubuh kehilangan beberapa hal."


Pengalaman memang jadi kunci segalanya. Apa yang dilakukan Kolo Touré berpuasa sambil bermain bola barangkali belum tentu mampu dilakukan oleh pesepak bola Muslim lainnya. Apalagi, jika belum pernah mencobanya. Mengenai hal ini, ia juga membagi kiat khusus.

"Tentunya butuh disiplin. Buat saya, 5 hari pertama (bulan Ramadhan), ed.) sulit tapi setelah itu tubuh akan mulai beradaptasi dan Anda akan merasa sangat bahagia. (Dengan puasa) Anda membersihkan tubuh dan setelah Ramadhan tubuh Anda akan menjadi lebih kuat. Saya pikir sesuatu yang luar biasa mengetahui bahwa Ramadhan bisa membuat tubuh Anda jadi sangat kuat."

Banyak ulama, terutama di negara-negara Eropa memang memberikan fatwa yang meringankan bagi para pesepak bola Muslim untuk tidak berpuasa saat bermain bola, tetapi puasa yang ditinggalkan itu harus diganti di hari atau bulan lain saat tidak sedang bermain bola. Namun, khusus untuk Kolo Touré, keteguhan iman tidak menyurutkannya untuk tetap berpuasa meski harus turun ke lapangan.

Tidak mengherankan jika sosok seperti Kolo Touré dan pesepak bola Muslim lainnya telah dianggap sebagai para pendakwah di lapangan hijau oleh kaum Muslim. Ketaatan mereka dalam menjalankan ritual agamanya sebagai Muslim selama berlaga di lapangan hijau jadi pangkal sebabnya.

Nama-nama pesepak bola Muslim seperti Kolo Touré dan yang lainnya yang bermain di liga-liga Eropa memang sudah lama mencuri perhatian. Selain mahir menggoreng si kulit bundar, mereka sering tak malu-malu menunjukkan identitas kemuslimannya.

Kehadiran mereka di liga-liga Eropa juga memberi pengaruh tersendiri. Lihat saja beberapa stadion di Inggris mulai membangun musala (masjid) agar para pemain Muslim mereka dapat leluasa menunaikan ibadah shalat. Tentu para suporter Muslim juga mengambil manfaat dari hal ini.

Otoritas sepak bola Inggris juga cukup sensitif terhadap para pesepak bola Muslim. Belum lama ini mereka meniadakan minuman beralkohol bagi para pemain Muslim yang mendapat penghargaan semisal Man of the Match. Tidak peduli tradisi ini sudah begitu lama dilakukan. Begitu juga dengan gerakan sujud syukur yang belakangan ini makin marak dilakukan para pesepak bola di mana-mana.

Tidak hanya datang dari pemain, pengaruh Islam juga menyebar dalam industri sepak bola Eropa melalui investor-investor yang berasal dari Timur Tengah. Tak tanggung-tanggung, kedatangan investor Muslim turut membawa angin revolusi di tubuh tim. Pemain terbaik didatangkan dan pelatih kelas wahid digaet.

Perhatikan apa yang dilakukan Sheikh Manshour atau Mansour bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, taipan sekaligus Deputi Perdana Menteri Uni Emirat Arab, yang melalui Abu Dhabi United Group membeli Manchester City dari eks Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra. Gebrakan pun langsung dilakukan oleh sang saudagar sehingga Manchester City mampu 2 kali juara Liga Inggris dalam 5 tahun terakhir.

Media-media terkemuka di Eropa ikut menguliti semua hal itu. Islam pun jadi dipandang lebih berimbang dan tidak melulu identik dengan kampanye hitam yang sering digaungkan pihak-pihak yang minus simpati.  

Menarik untuk menanti kiprah para pesepak bola Muslim di Piala Dunia 2014 Brasil yang sudah di depan mata dengan segala pernak-perniknya. Anda yang mempunyai kedekatan emosional dengan pesepak bola Muslim tentu tidak sabar untuk mengetahui kisah mereka pada gelaran pesta sepak bola terakbar di dunia tahun ini. Ole...ole..ole...