TRADISIONAL YANG TERTINGGAL
(Oleh : Pepi Rosita Ria, S. Pd)

Pernahkah anda memainkan permainan tradisional seperti engrang, bakiak, tarik tambang, gerobak sodor, nenek ubi, caengkleng, atau lainnya sewaktu anda kecil atau dewasa ini. Jika saya yang masuk SD tahun 1992, maka saya menjawab “iya” pernah memainkannya. Namun jika saya bertanya pada anak yang lahir tahun 2000’n maka kemungkinan besar jawabannya “tidak”. Kenapa saya sedikit agak yakin, karena dalam Lutan, dkk (2002) disebutkan bahwa “gejala kemerosotan kebugaran jasmani dikalangan anak-anak di seluruh dunia sudah merupakan gejala umun. Penyebab utama adalah mereka kurang aktif bergerak karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk berlatih jasmani, selain itu anak-anak lebih asyik melakukan permainan di komputer, video games, dan disertai pula dengan pola makan yang tidak sehat sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif)”. Pernyataan itu menunjukkan bahwa pada masa ini anak sudah mulai mengenal kemajuan IPTEK yang ditanggapi dengan kebiasaan baru seperti yang telah saya cetak miring di atas.

“Anak-anak lebih asyik melakukan permainan di komputer, video games”. Apa artinya bahwa sedikit sekali yang akhirnya bermain bahkan mengenal permainan-permainan tradisional tersebut. Selain itu, fakta nyata yang saya alami ketika saya mulai mengajar sebagai guru Pendidikan Jasmani di salah satu SD tahun 2010, bahwa anak-anak tersebut sedikit yang mengetahui tentang permainan-permainan tradisional yang dulunya saya pernah lakukan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memunculkan kata “Modern” dimasa sekarang ini, namun artian modern bukan berarti tidak boleh kuno sama sekali. Tapi lebih kepada menghargai ketradisionalisme yang disesuaikan dan disaring agar lebih tepat guna dan efisien. Jika tradisional itu baik, maka bukan harus ditinggalkan dan hilang, namun dilestarikan dengan cara kerja modern.

Akibat dari kurangnya gerak yang dialami anak-anak akibat permainan yang benar-benar dimodernkan yaitu komputer atau video games, beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif). Tanggap menyikapi adalah inti dari permasalahan ini, memulai dari diri sendiri, kemudian orang lain, selanjutnya masyarakat. Siapa anda akan memberikan petunjuk apa yang bisa anda lakukan untuk permainan tradisional yang tertinggal ini, saya sebagai guru Pendidikan Jasmani dapat memulainya dengan memberlakukan permainan tradisional sebagai gerakan untuk pemanasan sebelum berolahraga. Jika anda orangtua maka kenalkanlah permainan ini dari kecil untuk kesenangan dan olahraganya. Dan jika anda adalah sesuatu yang lebih besar pengaruhnya, maka event-event permainan tradisional yang dapat dilihat bahkan melibatkan anak-anak dapat dilakukan. Dari bermain, senang, turun ke hati dan menjadi sehat, dapat melakukan hal berguna.