Arief Rachman Guru

Tidak ada yang meragukan bahwa Arief Rachman merupakan sosok yang benar-benar mencintai dunia pendidikan. Banyak pemikirannya yang turut memengaruhi perkembangan dan dinamika yang terjadi di dunia pendidikan kita. Penulis buku ini, Ukim Komarudin, bahkan menyebut bahwa sosok Arief Rachman merupakan karunia bagi masyarakat Indonesia. Dia disebut sebagai salah satu figur yang berdaya dan setia pada fitrah sebagai pendidik.

Sebagai pakar pendidikan, Arief memang hadir dalam beragam pemikiran. Yang menarik, ia juga mampu mengajak setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan untuk mengimplementasikan beragam ide dan pemikiran tersebut.

Dalam aktivitasnya di masyarakat, Arief tak henti menyerukan akan pentingnya pendidikan. Menurut dia, ada lima jenis masyarakat yang diharapkan terbentuk sebagai dampak dari pendidikan. Dia mengatakan bahwa berkat pendidikan diharapkan tumbuh masyarakat terpelajar, masyarakat terdidik, masyarakat sejahtera, masyarakat berbudaya, dan masyarakat yang beradab (hlm. 61).

Kita pernah mendengar kalimat yang berbunyi, ”Education should produce (well-) educated people,” yaitu pendidikan formal maupun nonformal mestinya melahirkan orang-orang terpelajar. Makna terpelajar dapat dipahami sebagai hasil dari pembelajaran. Maka tidak heran apabila dalam sebuah sidang disertasi gelar doctor, para profesor selalu mengucapkan, ”Saudara Promovendus/Promovenda yang terpelajar” sebelum mengajukan pertanyaan. Sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer pernah menulis bahwa masyarakat yang terpelajar akan belajar untuk adil, mulai dari dalam pikiran hingga perbuatan.

Sementara yang dimaksud masyarakat terdidik ialah masyarakat yang sangat peduli pada norma dan peduli terhadap sekitarnya, berakal budi, serta berpandangan jauh ke depan. Masyarakat seperti ini selalu sadar bahwa tindakan yang dilakukan hari ini dapat berdampak pada lingkungan, bukan hanya saat ini, tapi juga di masa mendatang. Arief pun menjelaskan bahwa kesejahteraan tidak dinilai dari ukuran materi belaka, tapi juga ukuran nonmaterial seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terpeliharanya nilai-nilai moral, dan terwujudnya keharmonisan sosial. Yang juga tak kalah penting adalah membentuk masyarakat yang berbudaya dan beradab. Menurut Arief, dengan tingkat peradaban yang tinggi, segala friksi akibat pengaruh lokal maupun global yang dapat terjadi dalam proses estafet budaya antargenerasi akan senantiasa dapat diredam dengan mengedepankan kepentingan bersama (hlm. 64).

Apabila direnungkan lebih dalam, betapa besar amanah pendidikan bagi masyarakat dan betapa banyaknya ”pekerjaan rumah” yang belum diselesaikan oleh pendidikan. Karena itu, Arief mengingat bahwa masyarakat yang berpengetahuan tetapi tidak berbudaya, yang sejahtera tetapi tidak berbudaya, dan yang berbudaya tetapi tidak beradab adalah contoh masyarakat yang rapuh.

Dengan demikian, makna hakiki masyarakat beradab adalah masyarakat yang mampu menyelaraskan antara kepentingan yang berkaitan dengan Tuhan dan kepentingan yang berkaitan dengan manusia dan alam semesta. Sebuah kalimat bijak menyebutkan, semakin dalam memahami pendidikan, semakin banyak pula tanggung jawab yang harus dikerjakan.

Maka, mengingat pentingnya pendidikan bagi bangsa, guru menjadi garda depan dalam mewujudkan masyarakat madani yang meliputi lima aspek tadi. Karena itu, guru profesional menjadi syarat mutlak dalam mencetak generasi bangsa yang melanjutkan cita-cita masyarakat madani. Kata profesional sangat erat dengan kepakaran, keunggulan, dan kehormatan. Namun, yang sering menjadi pesona dari strata profesional adalah besarnya nilai finansial yang mungkin didapat.

Menurut Arief, guru profesional harus memiliki enam elemen ini. Pertama, value, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai yang diyakininya dan terintegrasi dalam ucapan serta perilaku. Kedua, ethic, yaitu guru yang telah mengikat diri dalam suatu lembaga selalu siap mengikuti aturan yang berlaku dalam lembaga tersebut. Ia siap untuk sepakat dan setia pada aturan yang ada. Ketiga, attitude, yaitu menunjukkan sikap yang menyejukkan ketika bergaul dengan sesama individu dalam komunitasnya. Ia juga bersikap hangat dalam menghadapi beragam tugas dan tanggung jawabnya. Keempat, habit, yaitu memiliki kebiasaan yang positif untuk terus tumbuh, berkembang, dan menjadi ahli di bidang yang digeluti. Kelima, knowledge, yaitu menguasai pengetahuan yang terkait tanggung jawab profesinya. Keenam, skill, yaitu mempunyai keterampilan yang mumpuni dalam menyelesaikan segala permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.

Perhatian besar Arief terhadap dunia pendidikan dan terutama guru tidak lepas dari berbagai persoalan bangsa ini, termasuk krisis multidimensi yang masih terjadi sekarang. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalah itu adalah pendidikan dan guru menjadi kuncinya.

Hal ini juga diamini Mendikbud Anies Baswedan. Ia menyebut, pendidikan merupakan ikhitar fundamental dan kunci untuk dapat memajukan bangsa. Potensi besar di republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan. Mendikbud menegaskan bahwa salah satu kunci terpenting dalam pendidikan dan memajukan bangsa ialah guru. Seorang guru hadir sebenarnya bukan hanya untuk mengajar, bukan sekadar untuk mendidik. Guru hadir untuk menginspirasi dan hadir untuk menggerakkan.

Ditegaskan pula bahwa di tiap butir keringat guru, ada kristal cemerlang pahala penyala masa depan bangsa. Artinya, masa depan bangsa ini dititipkan pada guru.


Oleh: Eko Prasetyo (Alumni Pascasarjana Universitas Dr. Soetomo Surabaya)

Sumber: sumber1 sumber2