Melalui lomba mata pelajaran kita songsong semangat perubahan zaman dengan menciptakan generasi unggul dalam iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi.

{mosimage} Tema tersebut merupakan tema dalam acara Lomba Mata Pelajaran antar SD Islam Al-Azhar Se-Indonesia, yang diselenggarakan pada Sabtu, 10 Maret 2007 di SD Islam Al-Azhar 14 Semarang jl. Klentengsari I No. 1 Kelurahan Pedalangan Kec. Banyumanik, Kota Semarang. Kegiatan ini dimaksudkan selain sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di setiap sekolah yang berada di bawah payung YPI Al-Azhar, juga untuk meningkatkan motivasi murid dalam meraih prestasi setinggi-tingginya di berbagai lomba mata pelajaran pada tingkat nasional maupun internasional.


Dan salah satu tujuan kegiatan ini adalah melatih keberanian dan kemampuan aktualisasi diri murid.

Materi yang dilombakan antara lain Pendidikan Agama Islam dan Al-Quran, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, PKPS/IPS, Menyanyi Solo (vokal), Bahasa Inggris, MTQ, MHQ, Bercerita, Adzan dan Pildacil dengan kriteria kelompok A kelas 1 s/d 3 dankelompok B kelas 4 s/d 6.

Kegiatan yang diikuti oleh 1.482 pelajar dari 26 sekolah ini turut dimeriahkan oleh stan pameran Penerbit Erlangga, yang dalam hal ini turut berpartisipasi sebagai sponsor 24 set tropy, menyediakan 1 buah mobil kijang untuk antar jemput tamu -tamu penting dari Jakarta dan memberikan sekedar oleh-oleh khas Semarang kepada 15 pejabat penting di Yayasan Al-Azhar. (Fitra)

YPI Al-Azhar, semula merupakan suatu yayasan yang dibentuk dalam rangka menerima dana sosial dari pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah bagi ummat Islam. Hal ini mendapat respon positif dan dibicarakan oleh kurang lebih 14 tokoh Muslim dari berbagai kalangan, di kantor Masyumi, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dalam Pertemuan itu disepakati untuk membentuk Yayasan yang diberi nama Yayasan Pesantren Islam. Hasil kesepakatan itu, pada hari Senin, tepatnya 7 April 1952, oleh Soedirdjo, Tan In Hok dan Ghozali Sjahlan dibawa ke notaris Raden Kediman, serta dicatat dalam akte notaris nomor 25. Yang kemudian atas bantuan Walikota Jakarta Raya, Sjamsuridjal di temukanlah tempat ideal berlokasi di kota Satelit Kebayoran.