London School of Public Relations
bekerja sama dengan ESENSI dan ETNOMARK menggelar acara peluncuran buku dan
talkshow bertajuk “Consumer Insights via Ethnography” Selasa (28/7) lalu
bertempat di Auditorium Prof. Djajusman, Kampus B, LSPR. Acara yang dihadiri
ratusan akademisi pemasaran, praktisi pemasaran, dan kalangan media massa ini,
menghadirkan Amalia E. Maulana, Ph.D., penulis buku Consumer Insights via Ethnography, sebagai pembicara dan Dr. Ahmad
Mukhlis Yusuf, CEO Perum LKBN Antara, sebagai reviewer.
Dalam acara tersebut, Dr. Ahmad
Mukhlis Yusuf mengatakan bahwa pasar dan perilaku konsumen hari ini tidak sama
lagi dengan beberapa puluh tahun lalu. Dalam menentukan keputusan konsumsi,
konsumen semakin banyak dipengaruhi berbagai faktor yang kerap kali tidak
terekam oleh jawaban-jawaban kuesioner survei dan bahkan oleh sebuah wawancara
mendalam sekalipun. Lebih jauh menurut Mukhlis, proses snapshot dan pertanyaan-pertanyaan tertutup yang digunakan dalam
berbagai metode kuantitatif, wawancara mendalam, aktivitas FGD, dan berbagai
metode kualitatif yang selama ini digunakan oleh periset tidak mampu membongkar
hal-hal yang melekat pada keseharian responden atau target pasar yang dibidik
para pemilik merek. Akibatnya, kata Mukhlis, hasil riset menjadi temuan yang
berulang-ulang namun tidak memberikan fakta-fakta terbaru yang menguraikan
kebiasaan-kebiasaan yang justru penting sebagai informasi bagi program-program
komunikasi pemasaran maupun strategi pemasaran secara menyeluruh.
Terkait dengan kenyataan
tersebut, Mukhlis menyambut baik hadirnya buku karangan Amalia E. Maulana
berjudul Consumer Insights via
Ethnography. Menurutnya, ethnography adalah metode yang mampu mengungkap
hal-hal yang tidak bisa diungkap oleh metode riset konvensional tentang
pelanggan. “Ruh pemasaran yang terkandung di dalam ethnography yang ditawarkan
penulis buku ini adalah selain kita lebih akurat mengetahui dinamika perilaku
pasar dan pelanggan, juga menyesuaikan struktur dan sistem di dalam perusahaan
yang dapat memproses lebih lanjut semua dinamika yang terjadi pada pasar dan
pelanggan dalam bentuk strategi dan kebijakan pemasaran yang bersifat market-driven secara terus-menerus,”
katanya.
Sementara itu, dalam paparannya
Amalia Maulana mengatakan bahwa ide penulisan buku Consumer Insights via Ethnography lahir dari keterusikannya melihat
banyak perusahaan yang masih saja berkutat dengan metode riset pemasaran
konvensional dalam menggali insight tentang konsumen. Padahal, kata Amalia,
metode-metode tersebut tak mampu lagi mengungkap lebih dalam konsumen yang
terus berubah cepat akibat berbagai faktor seperti kemajuan teknologi dan
tersedianya banyak pilihan produk. Kebanyakan perusahaan masa kini, kata
Amalia, masih hanya percaya pada data yang bersifat kuantitatif dan mengabaikan
insight konsumen secara kualitatif.
“Ethnography adalah studi tentang
konsumen dalam kesehariannya di dalam habitat atau lingkungannya yang asli: di
rumah, di tempat pekerjaan, di toko, dan tempat-tempat lainnya. Studi ini
bertujuan untuk menangkap “the telling moments” – apa yang konsumen lakukan
dengan produk, bukan apa yang mereka katakana mereka lakukan,” jelas Amalia.
Lebih jauh Amalia Maulana menjelaskan bahwa ethnography adalah gabungan beberapa
teknik riset yang dikembangkan dari ilmu antropologi budaya. Dengan terbitnya
buku ini, Amalia berharap para pemasar terdorong untuk mulai menerapkan metode
ethnography untuk menggali insight konsumen yang lebih dalam dan lebih relevan
untuk dijadikan dasar penciptaan produk baru atau perencanaan strategi
komunikasi dan pemasaran.