Retno Listyarti sadar betul karakter anak didik akan menentukan karakter bangsa. Ia prihatin terhadap program Pendidikan Karakter yang dicetuskan Kementerian Pendidikan Nasional (kini Kemendikbudnas) tahun 2010, hingga sekarang ini yang belum terlihat kongkretnya. Untuk itu, ia menulis buku berjudul Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif & Kreatif. Guru sekaligus penulis dan aktivis pendidikan ini mencoba menjawab betapa mudahnya menyajikan pendidikan karakter dengan cara yang unik dan tidak membosankan.

Pada Sabtu, 24 November lalu, di Aula Balai Kota DKI Jakarta, Penerbit Esensi (Erlangga Group) bersama Forum Musyawarah Guru Jakarta melaunching buku Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif & Kreatif. Beberapa pakar pendidikan, hadir dan menjadi narasumber pada acara tersebut. Sebut saja,  Prof. Dr. Winarno Surachmand, Utomo Dananjaya, Direktur IER Paramadina, Dewi Susanti MA, Konsultan Peneliti Pendidikan Wapres.

Prof. Winarno berpesan “agar para pendidikan di Indonesia ini jangan hanya mengcopy Retno, tetapi cobalah untuk menjadi diri sendiri, berani, dan menerapkan pendidikan karakter kepada siswa bukan musiman”. Sedangkan Utomo Dananjaya, berharap agar metode yang ada dalam buku Pendidikan Karakter karya Retno menjadi salah satu referensi bagi guru-guru untuk menerapkan pendidikan karakter pada siswa didiknya.

Sementara itu, Dewi Susanti menjelaskan Pendidikan Karakter bermula dicetuskan pemerintah karena terkait dengan kasus yang terjadi pada bangsa Indonesia sekarang ini, seperti korupsi, tawuran atau konflik. Tentu saja, di masa mendatang hal itu tidak kita inginkan. Nah, buku ini menjawab seperti apa metode membentuk karakter anak didik dan anak bangsa.

Kelebihan. Buku ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan buku pendidikan karakter lainnya. Kata Retno, pada bukunya dijelaskan metode-metode membentuk karakter Religius, Jujur, Anti Korupsi, Toleransi, Demokratis, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Cinta Damai, Bersahabat, Komunikatif, Peduli Sosial, Kerja Keras, Peduli Lingkungan, Mandiri, Kerja Keras, Tanggung Jawab pada siswa berupa kasus di kelas dan pembahasan. “bedanya dengan seri pendidikan karakter yang sudah banyak terbit, buku ini bukan sekedar teori namun ada praktiknya”, pungkasnya.

Retno berharap keberadaan buku ini, dapat membantu semua pihak baik guru dan orang tua dalam membentuk karakter anak-anaknya dan menjadikan bangsa ini bangsa yang berkarakter.

Harga buku ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan manfaat dari isi buku. AP