Bagi umat Islam, mengunjungi masjid-masjid merupakan sebuah kegiatan yang spesial. Masjid menjadi sumber utama ibadat umat Islam. Melakukan salat sunnah sambil berdoa di berbagai masjid menjadi kegiatan yang membuka mata hati dan pikiran terhadap kebesaran sang Pencipta. Apalagi bila salat itu dilakukan di masjid-masjid bersejarah, sensasinya pasti akan terasa berbeda.

Keberadaan mesjid tua di Jakarta bukan hanya peninggalan bangunan bersejarah semata, tetapi juga sekaligus menjadi bukti sejarah peradaban Islam di Jakarta. Kunjungan ke tempat-tempat bersejarah ini membuat kita dapat langsung merasakan secara jelas hal-hal yang terkadang hanya kita baca di buku-buku sejarah. Melihat dan menyentuh secara langsung adalah hal yang jauh berbeda dengan hanya membaca dan mengetahuinya. Apalagi bila didukung oleh informasi yang memperkaya pengetahuan kita.

Pada hari Minggu tanggal 4 Desember 2011 lalu penerbit Erlangga telah mengadakan sebuah field trip unik, mengunjungi tempat-tempat khusus yaitu masjid-masjid bersejarah di Jakarta.  Wisata rohani yang terselenggara pada hari Minggu 4 Desember 2011 ini berisi anjangsana ke 6 masjid bersejarah di kota Jakarta.  Sebanyak 16 peserta dari berbagai usia dan latar belakang telah ikut dan menyatakan puas terhadap kegiatan ini. “Bagus dan sangat menyenangkan”, begitu komentar peserta field trip, Uswatun Khasanah & Rosalina (Guru SMK Farmasi Candranaya). “Mengikuti acara ini menambah wawasan tentang masjid-masjid bersejarah,” sambung keduanya.

Acara ini diperuntukkan tak hanya bagi para guru yang ingin berkunjung ke masjid-masjid bersejarah di Jakarta. Murid-murid sekolah pun pantas sekali menjadi peserta, seperti yang disampaikan oleh Bpk. Rahma, guru SMK yang menjadi peserta kali ini. “Penting sekali bagi anak-anak murid untuk mengenal sejarah dan budaya Islam, khususnya sejarah masjid di Jakarta. Kecintaan mereka pada agama dan sejarah bisa bertambah bila mengikuti acara ini.” Tak pelak, guru, siswa, orang tua dan keluarga muslim tentunya dapat menambah wawasan dan dorongan keagamaan melalui field trip ini.

Masjid-masjid yang dikunjungi pada field trip ini adalah masjid Kampung Baru (Bandengan), masjid An-Nawier (Pekojan), masjid Langgar Tinggi, masjid Assalafiyah, masjid Hidayatullah dan masjid Istiqlal. Tak hanya berkunjung, para peserta juga diberikan informasi mengenai tiap masjid oleh Kartum, penulis buku Masjid-masjid Bersejarah di Jakarta, yang sekaligus bertindak sebagai tour guide. Hal ini membuat para peserta mendapatkan data penting tentang sejarah masjid.

Di masjid Bandengan, masjid yang menjadi persinggahan pertama, peserta melihat langsung interior bergaya Eropa yang menghiasinya . Adapun di masjid An-Nawier, peserta langsung melihat masjid yang sejak awal memang dirancang besar dan luas, hingga mampu menampung sekitar 1.000 jamaah tersebut. Masjid yang dibangun pada tahun 1760 ini memang saat itu berada di tengah masyarakat Arab yang mendominasi Kampung Pekojan. Penempatan ini terkait dengan kebijakan VOC yang menempatkan kelompok etnis Arab dan Bengali di wilayah ini. Hingga saat ini masih ada tempat-tempat pemotongan kambing yang ratusan tahun turun temurun menjadi pekerjaan warga sekitar.

Masjid Langgar Tinggi menjadi objek berikutnya. Sekitar abad ke-19, ketika dibangun, masjid ini menjadi tempat beribadat orang-orang yang bepergian melalui perahu di Kali Angke, menyandarkan perahu dan langsung memasuki masjid Langgar Tinggi melalui pintu yang menghadap sungai. Teras yang terbuat dari bilah-bilah papan kayu jati dan telah berusia ratusan tahun masih dapat dilihat. Begitu pula dengan skur atap masjid yang bergaya China.

Efek positif dari kunjungan ke masjid-masjid bersejarah,  adalah selain mendapatkan siraman rohani, peserta  akan dapat menelusuri jejak Islam di Jakarta. Di sini peserta  mendapatkan pula kisah-kisah heroik perjuangan umat Islam di masa lalu.  Misalnya di Masjid As-Salafiah di Jatinegara Kaum, dekat Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di masjid yang menjadi tujuan berikutnya ini kita masih mendapati makam Pangeran Ahmed Jakerta (Pangeran Jayakarta), para keluarga dan pengikutnya.  Masjid ini didirikan beliau, setelah ia hijrah dari Jayakarta pada tahun 1619 akibat gempuran VOC. Di tempat yang empat abad lalu masih terpencil dan berupa hutan belukar itulah pangeran membangun masjid yang hingga kini masih tegak berdiri. Kekokohan masjid ini terlihat dari empat tiang utama yang terbuat dari kayu jati yang menjadi penyangganya. Dari Masjid As-Salafiah inilah, pangeran Jayakarta dan pengikutnya mengobarkan semangat jihad untuk terus menerus mengusik Belanda.

Memasuki masjid berikutnya, masjid Hidayatullah, peserta dibawa ke sebuah masjid di tengah pusat bisnis Jakarta dan seakan menjadi oase dari kesibukan para pebisnis. Dulu masjid ini merupakan masjid kebanggaan warga Betawi di Kawasan Setia Budi. Masjid ini di bangun sekitar tahun 1747 secara bergotong royong, ikut juga diantaranya warga muslim Tionghoa, karena itu pengaruh gaya arsitektur Cina terlihat pada mesjid ini, yaitu pada atapnya, yang membentuk lengkungan tipis mirip kelenteng.

Terakhir, para peserta mendatangi masjid Istiqlal. Di masjid ini peserta mendapatkan informasi mengenai sejarah masjid Istiqlal dari humas masjid. Informasi mengenai makna dari jumlah tiang besar masjid sebesar 12, jumlah lantai sebanyak 5, ukuran diameter kubah sebesar 45 meter dan lainnya. Setelah itu, peserta melakukan salat Ashar berjamaah di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Field trip diakhiri dengan berfoto bersama dan kembali ke lokasi awal bertemu, Museum Bank Mandiri dan akhirnya pulang ke kediaman masing-masing.

Buku Masjid-masjid Bersejarah di Jakarta yang dipergunakan sebagai sumber bagi field trip ini telah diterbitkan pada pertengahan tahun 2011 ini. Buku ini berisi informasi ringkas padat dan foto-foto indah akan 20 masjid bersejarah di Jakarta. Bagi umat Islam Indonesia, buku ini menjadi buku eksklusif dan penting untuk mengenal masjid-masjid bersejarah di ibu kota Jakarta.

Field trip ini menurut panitia akan diselenggarakan lagi. Jadi, tunggu saja info lebih lanjutnya di website www.erlangga.co.id maupun facebook serta twitter penerbit Erlangga.