Jumat, 24 Juni 2011, suasana remang dengan sentuhan warna putih dan ungu begitu terasa di IndoChine, FX Mall, Jakarta. Kesan romantis ini seakan dipertegas dengan alunan lagu “Menentukan Hati” dari pasangan Anang dan Ashanty.

Sore itu, Penerbit Esensi meluncurkan novel berjudul “Menentukan Hati” dalam talkshow bertajuk ‘Cerita di Balik Menentukan Hati’. Hadir sebagai pembicara adalah Zara Zettira ZR, yang tak lain adalah penulis novel tersebut, Hannie Kusuma (Pemimpin Redaksi Majalah Pesona), Yuki Anggia, editor Esensi, serta Anang dan Ashanty sebagai bintang tamu. Keseluruhan acara sendiri dipandu oleh Mayong Suryo Laksono, wartawan senior yang juga seorang presenter TV.

Acara dimulai dengan kisah Zara dalam penciptaan novel dan kerja samanya dengan duet penyanyi di atas. Zara mengatakan bahwa sebenarnya naskah novel ini sudah lama sekali selesai ia tulis, hanya saja belum dipublikasikan.  Pada saat sedang membereskan rumahnya, Zara menemukan naskah itu tertumpuk di bawah tulisan-tulisan yang pernah dibuatnya. Naskah itu bahkan masih dalam bentuk hardcopy dots matrix, menandakan cukup lamanya naskah itu ‘terpendam’. Zara pun lalu mengirim naskah tersebut ke Penerbit Esensi, Erlangga, yang memang sudah pernah menerbitkan novel-novelnya yang lain. 

Selang beberapa hari kemudian, Zara yang memang merupakan kawan lama Anang Hermansyah, menerima kiriman CD terbaru Anang-Ashanty. Zara cukup kaget ketika mendengarkan lagu yang berjudul “Menentukan Hati”. Lagu tersebut memiliki jalinan kisah yang serupa dengan naskah yang ia biarkan terpendam itu. “Mas Anang memberikan CD yang salah satu lagunya berjudul 'Menentukan Hati'. Setelah saya dengarkan, kok, seperti summary tulisan ini,” Zara mengakui. Seketika itu juga terpikir olehnya untuk meminta Anang untuk memberikan napasnya ke dalam calon novelnya itu.

Gayung pun bersambut. Anang menanggapi ajakan Zara dengan antusias. Ia setuju menjadikan lagu “Menentukan Hati” sebagai salah satu unsur di novel ini. Ia pun tidak keberatan jika foto Ashanti yang sedang berbisik kepada dirinya dijadikan sampul novel. “Siapa yang nggak mau jadi covernya Zara Zettira?” ujar Anang, tersenyum lebar.

Dalam kerja sama ini, Anang mengakui bahwa pihak-pihak terkait saling diuntungkan. Tidak ada kesan siapa mengekor siapa. “Lagunya sudah jadi, novelnya juga sudah jadi. Jadi, tidak ada yang lebih duluan selesainya,” kata Anang.

Bukan merupakan hal yang aneh jika karya tulis seperti novel atau cerita pendek dekat dengan karya seni yang menggunakan media lain seperti film dan musik. Dengan terjalinnya kolaborasi ini, diharapkan nuansa yang dibangun di dalam novel dan single “Menentukan Hati” bisa lebih kuat dirasakan oleh para pembaca dan penikmat musik.

Setelah cerita dan diskusi di balik pembuatan novel selesai, acara peluncuran ditutup dengan penandatanganan giant cover novel dan pemotongan tumpeng.

Tentukan Hatimu
Novel itu sendiri bercerita tentang seorang wanita yang sudah merasa puas dengan kehidupan yang dimilikinya, Talia. Ia cantik, sukses dalam karier, dan punya keluarga dan teman yang menyayanginya. Ia pun tidak merasa membutuhkan pendamping dalam hidupnya.

Zona nyaman Talia terusik ketika sang ibu terus mendesaknya untuk menikah mengingat umurnya yang tidak lagi muda. Bahkan ia sudah punya calon menantu yang menurutnya cocok untuk menjadi suami anaknya. Pria itu adalah Theo, teman Talia sejak masih kecil, yang sekarang tinggal di Amerika. Ternyata, Theo memang mencintai Talia. Sementara itu, Talia pun mencintai Theo, tetapi ia bimbang, sebagai sahabat atau kekasih?

Kemudian datang Aldo, teman lamanya yang kini menjadi bosnya. Ternyata Aldo pernah menyimpan rasa kepada Talia dan rasa itu tidak benar-benar padam dilekang waktu. Kebersamaan yang terjalin membuat mereka berdua nyaman dan Aldo pun ingin menjadi cinta sejati bagi Talia. Talia? Ia kembali bimbang.

Talia harus memilih: Theo atau Aldo, atau kembali ke zona nyamannya yang dulu sebagai wanita yang merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya sendiri?

Sekilas Zara Zettira ZR
Zara Zettira ZR lahir di Jakarta pada tahun 1969. Ia menulis sejak kelas 6 SD. Cerpen pertamanya berhasil meraih Juara 2 yang diadakan oleh majalah Anita. Sejak itu, ia sudah menulis lebih dari 200 cerpen dan 25 novel fiksi.

Beberapa karyanya mendapatkan penghargaan dari Lomba Penulisan Tahun Pemuda Internasional dan Lomba Cerber majalah Femina. Novel-novel remajanya, seperti Jejak-jejak Jejaka, Sexy Anissa, Nona DJ, dan Mimi Elektrik yang ditulis dengan gaya remaja yang lugas dan kocak mampu memikat hati pembaca setianya di awal tahun 90-an.

Kecintaannya pada film mendorong Zara hijrah ke Los Angeles, California untuk mengikuti kursus-kursus produksi film, workshop, dan seminar. Ia memulai karier berfilmnya dengan menulis skenario untuk sinetron Janjiku, yang merupakan salah satu sinetron dengan rating tertinggi dalam persinetronan Indonesia. Prestasi ini diikuti oleh terciptanya lebih dari 30 sinetron lainnya sepanjang tahun 1992-2005. Salah satunya adalah Malin Kundang yang berhasil memenangkan penghargaan sebagai sinetron terbaik di tahun 2005. Saat ini telah lebih dari 100 skenario film dan sinetron pernah dibuatnya.

Sejak 1998, Zara menetap di Kanada, tapi hatinya tetap di Bali sebagai rumah spiritualnya. Ia mulai menulis dalam bahasa Inggris sehingga menghasilkan “Every Silence Has A Story” sebagai karya pertamanya setelah 10 tahun absen dari dunia kepenulisan buku. (JT)