Ruang Tuscany di lantai dua, Belleza, Permata Hijau, Jakarta Barat dipadati oleh sejumlah pelaku ritel petang itu. Hari itu, Rabu, 20 Oktober 2010, sebuah buku pertama yang mengulas dunia ritel di Indonesia berjudul Retail Rules diluncurkan Ditemani alunan perkusi oleh dua pemain cilik, mereka, para tamu, berbaris mengisi buku hadir. Tak jarang mereka, sesama kolega bisnis, saling bertegur sapa.

Sebelum memasuki ruang utama (ballroom), mereka berhenti sejenak di stan pameran buku, membolak-balik sesaat, lantas membelinya dengan selembar uang pecahan Rp 100 ribu. Tampak wajah-wajah beken di dunia ritel Indonesia, seperti Nugroho Setiadarma, Presiden Direktur Ranch Market dan Ipung Kurnia, Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk, berkerumun di antara para tamu.

Di dalam ruangan telah berjajar ratusan kursi dan sebuah panggung ukuran sedang dengan tampilan sampul buku Retail Rules. Di sisi kiri panggung, pemain band lengkap mengiringi para tamu dengan alunan musik berirama sedang.

Tidak main-main, buku setebal 183 halaman tersebut, ditulis oleh dua praktisi ritel professional, yaitu Meshvara Kanjaya dan Yongky Susilo. Meshvara Kanjaya atau akrab disapa Mei, kini menjabat Merchandising and Marketing Director Matahari Food Business. Pengalamannya yang luas dan panjang di dunia ritel selama 20 tahun, membuat analisisnya di dalam buku ini cukup menarik. Sedangkan Yongky Susilo adalah Retailer Sevice Director The Nielsen Indonesia. Kepakarannya dalam bidang ritel dan perilaku konsumen menjadikannya sosok konsultan mumpuni di mata peritel dan pelaku manufaktur di Indonesia.



Retail Rules adalah buku yang menjelaskan panjang lebar mengkaji dan memaparkan bisnis ritel di Indonesia yang ditulis oleh praktisi yang telah menekuni dan meneliti dunia ritel selama 20 tahun. Buku ini memberikan insight bagi peritel, pemasok, pembuat regulasi, dan pemasar dalam melengkapi pengetahuan tentang sejarah ritel Indonesia dan dunia, menyempurnakan pengertian tentang seluk-beluk ritel dan mengantisipasi bisnis ritel sebagai bisnis dengan visi masa depan.

Tidak sekadar peluncuran buku biasa, acara petang itu diramaikan pula oleh kehadiran Hari Darmawan, legenda ritel Indonesia sekaligus . Bersama dengan Bob Sadino, pendiri KemChick, yang berhalangan hadir, juga almarhum M.S Kurnia (meninggal pada Mei 1992), perintis jaringan pasar swalayan HERO, yang diwakili oleh Ipung Kurnia, putera pertamanya, ketiganya akan dianugerahi Retail Legend Award. Penghargaan ini diberikan kepada sosok-sosok yang dianggap memberikan sumbangan besar terhadap kemajuan ritel modern di Indonesia.

Pada tahun 1970-an, ritel modern di Indonesia mulai berkembang ditandai dengan dibukanya gerai pertama oleh Dick Gelael di jalan Falatehan, Kebayoran Baru, dan KemChick yang digarap oleh Bob Sadino di kawasan Kemang, keduanya di Jakarta Selatan. Pada waktu yang bersamaan pula, tanggal 23 Agustus 1971, Hero yang dikelola oleh almarhum MS Kurnia membuka gerai pertamanya di Falatehan. Gerai pakaian Mickey Mouse yang berubah nama menjadi Matahari juga berdiri tak lama setelah itu.

Strategi bisnis yang ditawarkan masing-masing perintis ritel modern juga bermacam-macam. Gelael, misalnya, membidik konsumen menengah-atas di kawasan elite kota-kota besar. Kemchick milik Bob Sadino ingin menjadikan supermarketnya sebagai tujuan utama berbelanja bagi para ekspatriat. Sedangkan Hero membidik kalangan menengah-atas, namun lebih fleksibel dalam pemilihan lokasi.

Bisnis swalayan di era tersebut bukan perkara gampang karena beberapa alasan. Pertama, para pemasok belum terbiasa dengan pola kerja pasar swalayan. Kedua, konsumen pun belum terbiasa berbelanja dengan cara mengambil sendiri barang belanjaan tanpa dilayani. Butuh waktu untuk menanamkan persepsi berbelanja ritel modern di benak konsumen.

Saat pemberian penghargaan, Hari Darmawan mendapat giliran pertama untuk memberikan pidato singkat. Di usia 62 tahun, Hari yang malam itu mengenakan kemeja putih berbalut jas dan pantalon hitam, tampak bugar. Semangatnya masih menyala dan rasa humornya tak surut mengundang tawa dan tepuk tangan hadirin. “Saya tidak peduli ada Ipung Kurnia di sini, semua peritel harus sama-sama untung,” ujar Hari yang membuka gerai pertamanya pada awal tahun 70-an dengan nama Mickey Mouse sebelum berganti nama menjadi Matahari, yang dikenal hingga hari ini.  Hari harus meninggalkan ruangan sebelum acara usai. Ia mengejar penerbangan terakhir ke London, Inggris, malam itu. Hadirin pun kembali memberikan aplaus kepada sang legenda saat beranjak pergi.



Bob Sadino dalam kata sambutannya di rekaman tayangan video, juga memberikan beberapa catatan menarik soal asal-mula dirinya berkecimpung ke dalam bisnis ritel. “Saya tidak melihat ada telur seperti yang saya makan di Eropa dulu. Di sini telurnya ayam kampung dan kecil-kecil,” ujar Bob dalam tayangan tersebut. Pengusaha yang gemar memakai celana pendek itu pun melihat adanya peluang bisnis yang besar. Ia pun mulai mengembangkan bisnis telur ayam negeri dan ayam potong, yang populer dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sampai hari ini. Ia pun menekuni bisnis ini bertahun-tahun dan menjaring sukses yang luar biasa dengan bendera KemChik dan KemFood.  “Saya tidak punya teori ini-itu dalam berbisnis, seperti mengalir saja,” ujar pria 77 tahun tersebut yang dikenal pula sebagai aktor. Tak lupa, Bob pun mengapresiasi Retail Rules,“Buku ini bisa menjadi pegangan bagi mereka yang ingin terjun ke dalam bisnis ini.”

Ipung Kurnia, 47 tahun, putra perintis jaringan swalayan Hero almarhum M.S Kurnia, mewakili sang ayah menerima penghargaan pada malam itu. Di mata sang anak, sosok M.S Kurnia adalah figur pekerja keras dan guru yang baik bagi anak-anaknya. Ayahnya, kisah Ipung, sering mengajaknya berjalan mengunjungi toko milik mereka di hari libur. Di sana, lanjut Ipung, mereka belajar sejak dini tentang bisnis yang dijalani oleh ayahnya tersebut. Sosok M.S Kurnia dikenal pula dengan kepribadiannya yang baik. “Beliau adalah sosok yang humble,” tutur Ipung.