Selanjutnya fenomena yang sering terjadi ditengah masyarakat kita adalah, mendadak lebih agamis dan Memakai hijab syar’i selama bulan Ramadhan saja. Alhamdulillah jika memang benar-benar niatnya berubah dan lebih agamis. Memanfaatkan momentum dan berkah bulan Ramadhan untuk kembali ke jalan syariat yang benar untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Akan tetapi jika niatnya hanya sementara saja selama bulan Ramadhan dan setelah Ramadhan kembali lagi, maka niat ini harus diperbaiki dan usahakan lebih ikhlas lagi serta berdoa semoga Allah tetap memberikan hidayah.
Bagi yang memakai hijab syari selama bulan Ramadhan padahal sebelumnya tidak, maka berdoalah semoga tetap kokoh beragama. Hilangkan jauh-jauh tendensi dan tujuan dunia dengan memakai jilbab, misalnya lebih laku ketika menjadi model Ramadhan dengan berpenampilan agamis.
Mohon dan berdoalah agar tetap kokoh beragama baik selama maupun setelah Ramadhan sampai akhir hayat. Bacalah doa berikut, ‘Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hab lanaa min-ladunka rahmatan, innaka antal-wahhaab’
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imran [3]: 8).
Atau doa ‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.“Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Fenomena berikutnya adalah bagi seorang yang diberi ilmu agama ‘lebih’ oleh Allah namun memiliki niat yang tidak sepenuhnya ikhlas beribadah kepada Allah. Selama bulan Ramadhan insyaAllah banyak ilmu yang disampaikan dan kaum muslimin hadir di majelis ilmu untuk mendengarkannya. Sebagaimana kebiasaan kita, biasanya ada ceramah setelah shalat subuh atau setelah tarawih. Kita sangat bersyukur ada ustadz dan orang yang berilmu bisa membagi ilmu agama serta memberikan pencerahan ajakan ke jalan Allah kepada kaum muslimin. Bagi penceramah dan imam bisa jadi mereka mendapatkan “amplop” ketika akan mengisi pengajian atau ceramah (hukumnya boleh menerimanya).
Akan tetapi perlu diluruskan niatnya dan kita intropeksi diri dengan niat mengajak ke jalan Allah dan niat mendidik masyarakat. Hindari mematok biaya ceramah, memilih-milih mana yang isi amplopnya lebih banyak, tetapi pilih sesuai mashlahat dakwah yang lebih baik. Lebih penting, hindari memberikan ceramah yang monoton satu tema untuk beberapa masjid tanpa peduli sama sekali kebutuhan materi dakwah yang lebih dibutuhkan.
Masih banyak lagi contoh lainnya, semoga kita bisa lebih ikhlas serta menjalani bulan Ramadhan ini dalam rangka tujuan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT.