Kkeberkahan puasa yang bentuk konkretnya bisa kita saksikan di bulan Ramadhan. Saat bulan itu ada ibadah shalat Tarawih dan kecendenderungan umat untuk bersemangat menjalankan shalat berjamaah. Kebaikan puasa bisa lebih mengena di hati jika kita sandingkan dengan shalat-shalat itu. Terkhusus untuk yang mengamalkan puasa sunah maka sangat baik jika ia melengkapi dengan shalat berjamaah dan shalat malam.

Shalat berjamaah adalah shalat yang berlipat ganda pahalanya. Jika itu dilaksanakan di bulan Ramadhan maka akan lebih berlipat lagi. Rasulullah SAW bersabda: "Segala amal kebajikan anak Adam di bulan Ramadhan dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat.” (HR. Muslim)

Secara terminologi, shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih. Satu orang berdiri di depan sebagai imam, dan yang lain berdiri di belakang imam sebagai makmum. Firman Allah, “Dan dirikanlah olehmu shalat, dan keluarkanlah olehmu zakat, dan ruku-lah berserta orang-orang yang ruku.” (QS. Al-Baqarah: 43).

Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan shalat sendirian, yakni sampai dengan 27 kali derajatnya (HR. Bukhari dan Muslim). Semakin banyak peserta shalat jamaah, maka keutamaannya semakin berlipat ganda. Sebab, Allah sangat mencintai kondisi shalat berjamaah yang pesertanya banyak ketimbang sedikit. Hal ini didasarkan atas sabda Nabi saw:

Dari Ubay bin Ka’ab dia berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW, “Shalat satu orang ditambah satu orang (berdua) lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat satu orang ditambah dua orang (bertiga) lebih baik dari shalat berdua dan lebih banyak dari itu, itu semakin dicintai oleh Allah Yang Maha Mulia”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i dari Ibnu Ka’ab)

Sejumlah ulama berpendapat bahwa menjalankan shalat berjamaah mengandung banyak nilai kebaikan, diantaranya berikut;

  1. Sebagai bentuk upaya mematuhi perintah Allah
  2. Sebagai saksi keimanan. Sebab, shalat berjamah adalah sarana terpenting dan utama untuk memakmurkan rumah Allah. Jika bukan karena shalat berjamaah, masjid-masjid tentu akan menjadi sepi.
  3. Mendapatkan tazkiyah (pernyataan kesucian) dan anugerah besar dari Allah
  4. Mengagungkan dan menekankan apa yang diagungkan dan ditekankan oleh Rasulullah.
  5. Mematuhi perintah Rasulullah
  6. Selamat karena mengikuti Rasulullah
  7. Shalat berjamaah termasuk sasaran Islam yang agung
  8. Mengagungkan dan menampakkan syiar Allah yang lebih luas
  9. Lebih suci di sisi Allah dari pada shalat sendirian
  10. Menjaga diri dari setan
  11. Jauh dari menyerupai orang munafik
  12. Di antara sebab di ampuninya dosa-dosa
  13. Di antara sebab ta’ajub-nya Allah
  14. Berpahala besar
  15. Berkumpulnya malaikat pada waktu shalat Subuh dan Ashar serta permohonan ampun bagi mereka yang hadir.
  16. Menyamai shalat separuh malam atau sepanjang malam
  17. Berada dalam jaminan Allah
  18. Berada dalam naungan Allah pada hari kiamat
  19. Bebas dari neraka dan dari sifat munafik
  20. Mendapat shalawat dari Allah dan para malaikat
  21. Mendapatkan rumah kelak di surga
  22. Mendapatkan pahala berjamaah meskipun telah selesai dikerjakan
  23. Memperoleh kesempurnaan dalam shalat
  24. Amal yang paling utama
  25. Selamat dari neraka wail, yaitu neraka yang posisinya paling bawah.
  26. Selamat dari kelalaian
  27. Doanya tidak ditolak
  28. Persaudaraan, kasih sayang dan persamaan
  29. Menjaga shalat-shalat sunat rawatib dan zikir
  30. Memahami hukum-hukum shalat
  31. Membiasakan disiplin dan menguasai diri
  32. Menampakan kekuatan umat Islam dan membuat kesal orang-orang kafir dan munafik
  33. Memperbaiki penampilan jati diri
  34. Saling mengenal dan memperkenalkan diri
  35. Berlomba-lomba dalam ketaatan kepada Allah
  36. Terjaganya kepribadian yang baik
  37. Adanya perasaan berdiri dalam satu barisan jihad
  38. Menghadirkan perasaan apa yang terjadi pada zaman nabi dan sahabat.

Selain memiliki nilai dan keutamaan tersebut, shalat berjamaah juga memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Pelaksanaan shalat berjamah dapat mewujudkan rasa khusyu yang mendalam di samping dapat menjadi media perekat hubungan sosial di antara sesama.

Sementara shalat Tarawih adalah shalat malam yang dilakukan di malam bulan Ramadhan.  Ali bin Abi Thalib pernah meriwayatkan sebuah hadist, yang merupakan jawaban Rasulullah ketika ditanya para sahabat mengenai keutamaan dan kelebihan shalat Tarawih setiap malam di bulan Ramadhan. Ali bin Abi Thalib, dalam hadits tersebut, merincinya sebagai berikut:

Malam ke-1   :Nabi bersabda bahwa pada awal malam pertama Ramadhan, orang yang mengerjakan Tarawih akan diampuni dosa-dosanya seperti ia baru dilahirkan.

Malam ke-2  :Seseorang diampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orangtuanya.

Malam ke-3  :Para malaikat di bawah ‘Arasy menyeru kepada manusia yang shalat Tarawih agar meneruskan shalatnya pada malam-malam yang lain, semoga Allah mengampunkan dosa-dosa mereka

Malam ke-4  :Orang yang mengerjakan shalat Tarawih akan memperoleh pahala sebagaimana pahala yang diperoleh orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan al-Quran.

Malam ke-5  :Allah melimpahkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakan shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsa.

Malam ke-6  :Allah melimpahkan pahala kepada orang shalat Tarawih seperti pahala para malaikat yang berthawaf di Baitul Makmur. Setiap batu dan tanah akan berdoa untuk keampunan orang yang mengerjakan Tarwih pada malam itu.

Malam ke-7   :Orang yang mengerjakan shalat Tarawih pada malam ini seolah dia bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi Musa dalam menentang Fir’aun dan Hamman

Malam ke-8  :Allah menganugerahkan pahala sebagimana pahala yang dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.

Malam ke-9  :Allah melimpahkan pahala dan menaikkan mutu ibadah hamba-Nya seperti Nabi Muhammad.

Malam ke-10 :Allah melimpahkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Malam ke-11 :Jika seseorang meninggal, maka ia meninggal dalam keadaan bersih dari dosa seperti baru saja dilahirkan orangtuanya.

Malam ke-12 :Ia dibangkitkan pada hari kiamat dengan muka bercahaya.

Malam ke-13 :Ia datang pada hari Kiamat dalam keadaan aman dan terlindung dari segala kejahatan dan keburukan

Malam ke-14 :Para malaikat datang menyaksikan mereka yang shalat Tarawih serta Allah tidak akan menyesatkan mereka.

Malam ke-15 :Semua malikat yang memikul ‘Arasy akan bershalawat dan mendoakan supaya Allah mengampunkan mereka.

Malam ke-16 :Allah menuliskan baginya agar terlepas dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

Malam ke-17 :Allah menuliskan baginya pahala pada sebanyak pahala para nabi.

Malam ke-18 :Malaikat akan menyeru: “Wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah telah ridha denganmu dan dengan kedua orangtuamu (yang masih hidup maupun yang sudah mati).

Malam ke-19 :Allah akan meninggikan derajatnya di surga Firdaus.

Malam ke-20 :Allah melimpahkan kepadanya pahala seperti orang mati syahid dan kaum saleh

Malam ke-21 :Allah membangunkan untuknya sebuah mahligai di surga yang terbuat dari dari cahaya

Malam ke-22 :Ia datang pada hari Kiamat dalam keadaan aman dan terlindung dari huru-hara di hari tersebut

Malam ke-23  :Allah membangunkan untuknya sebuah bandar di surga dari cahaya

Malam ke-24 :Allah membuka peluang untuk 20 tahun ibadah bagi orang yang mengerjakan shalat Tarawih pada malam itu.

Malam ke-25 :Allah mengangkat siksa kubur darinya.

Malam ke-26 :Allah melimpahkan pahala 40 tahun ibadah kepada orang yang mengerjakan shaat Tarawih pada malam ini.

Malam ke-27 :Allah melimpahkan kepadanya kemudahan untuk melintasi Shirath al-Mustaqim di akhirat kelak.

Malam ke-28 :Allah menaikkan kedudukannya seribu derajat di akhirat

Malam ke-29 :Allah melimpahkan kepadanya pahala seribu haji mabrur

Malam ke-30 :Allah memberi penghormatan kepadanya di malam terakhir dengan firman-Nya: “Wahai hambaku? Makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau inginkan untuk dimakan di dalam surga dan mandilah di dalam sungai yang bernama Salsabila serta minumlah air dari telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad yang bernama al-Kautsar.”

Shalat Tarawih hendaknya dilakukan dengan berjamaah di masjid. Bagi kaum laki-laki disunnahkan menggunakan pakaian rapi dan bersih ketika ke masjid sambil memakai wangi-wangian. Kaum perempuan sebaiknya juga menggunakan pakaian yang rapi, menutupi aurat, berjilbab, tidak menggunakan wangi-wangian dan make up. Kaum perempuan harus menjaga suara dan tindakan agar sesuai dengan etika Islam selama berangkat ke masjid dan ketika berada di masjid.

Terkait dengan perbedaan pendapat soal jumlah rakaat shalat Tarawih, ada baiknya kita tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut. Sebab, perbedaan rakaat shalat Tarawih bukanlah hal prinsip. Dalam hukum Islam, perbedaan tersebut tergolong furu’iyah (cabang), dan bukan ushuliyah (pokok). Karena itu, sebagai umat Islam, alangkah baiknya kita tidak mempertentangkan hal itu. Bahkan, jadikanlah perbedaan itu sebagai rahmat.

Jika kita menjadi makmum, kita sebaiknya mengikuti tata cara shalat Tarawih sesuai dengan yang dilakukan imam. Kalau imam shalat Tarawih dengan 8 rakaat ditambah 3 rakaat shalat Witir, makmum sebaiknya mengikutinya saja. Bila ingin menambahi jumlah rakaat, sebaiknya dilakukan sendiri, baik di tempat tersebut atau di rumah tanpa harus mempersoalkan perbedaan. Kalau imam melaksanakan shalat 20 rakaat ditambah 3 shalat Witir, maka makmum juga sebaiknya mengikuti imam. Bila ia hanya ingin melaksanakan 8 rakaat, maka hendaknya ia undur diri dari jamaah dengan tenang agar tidak mengganggu jamaah yang masih melanjutkan shalat Tarawih.

Bagi yang berniat untuk shalat malam atau Tahajud dan yakin akan bangun malam, sebaiknya undur diri dengan tenang agar tidak mengganggu yang masih shalat Witir pada saat imam mulai melaksanakan shalat Witir. Pada malam hari, ia bisa melaksanakan shalat Witir setelah shalat Tahajud. Bagi yang tidak yakin bisa bangun malam untuk shalat Tahajud, maka ia sebaiknya mengikuti imam melaksanakan shalat Witir dan malam harinya dia masih disunahkan melaksanakan shalat Tahajud dengan atau tanpa melaksanakan shalat Witir bila ia akhirnya terbangun di malam hari.