Doa adalah ibadah yang bernilai tinggi dihadapan Allah SWT. Setiap muslim memiliki peluang dan kesempatan yang sama dalam berdoa guna meminta apa-apa yang menjadi keinginan dan keperluannya.

Allah SWT berfirman sebagai berikut: “Dan jika hamba-hambaku meminta kepadaku, sesungguhnya aku sangat dekat. Aku mengabulkan permintaan orangyang meminta kepadaku ketika mereka memintanya. Maka hendaklah mereka memnuhi seruanku dan beriman kepadaKu agar mereka mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut: “Doa itu adalah ibadah kemudian Rasulullah saw membaca ayat: Dan Tuhanmu berfirman “Berdoalah kalian kepadaku maka aku akan mengabulkan doa kalian, dan sesungguhnya orang yang menyombongkan ibadah kepadaKu mereka akan masuk neraka jahanam dengan kekal.” (Al Mukmin: 60)

Rasulullah SAW juga bersabda:“Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah maka Allah marah kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

Puasa terkait doa sebab di bulan Ramadhan ada berkah pengabulan doa dari Allah serta banyaknya waktu mustajab berdoa semisal di malam 10 hari terakhir. Dalam puasa sunah, lapar yang dirasa di hari-hari normal, juga dapat membuat orang lebih khusyuk berdoa hingga doanya dapat dikabulkan. Fungsi puasa sebagai sarana berakrab-akrab dengan Allah juga dapat membuat kita lebih mengenal-Nya termasuk mengenal sifatnya sebagai al-Mujib, Maha Pengabul Doa.

Ada hubungan antara kedekatan Allah dan pengabulan doa hamba-Nya. Allah dekat dan senantiasa bersisian dengan hamba-Nya dan Dia Maha mengetahui siapa hamba-Nya yang memohon pada-Nya. Setiap permohonan akan Dia kabulkan tanpa terhalangi.

Allah SWT berfirman:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

 

Memohon kepada Allah, menyeru kepada-Nya, berdoa dengan sepenuh hati dan kesungguhan merupakan ibadah pada-Nya. Siapa yang tak mau menyembah, tak mau merendah dengan bermohon kepada-Nya maka tempatnya tak lain adalah neraka. Orang yang bertempat di neraka akan mendapatkan kehinaan abadi didalamnya.

Pernah sahabat bertanya kepada Nabi, apakah Allah itu dekat hingga kita bisa bermunajat atau Allah jauh hingga kita mesti menyeru? Nabi menjawab bahwa Allah dekat dan dia mendengar doa dan seruan. Ketika itu Rasulullah berdoa agar para sahabatnya diberi keimanan, kekuatan beribadah, ditunjukkan jalan keimanan, dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat.

Kenyataan bahwa Allah dekat dan mengabulkan doa hamba-Nya merupakan demarkasi yang jelas atas ketauhidan. Hanya Allah swt yang bisa melakukan itu dan tak ada yang lain yang bisa melakukannya termasuk sesembahan-sesembahan orang kafir. Patung, dewa, atau apapun namanya yang menjadi sesembahan orang kafir tidak berhak disembah karena sesembahan itu tak melihat, tak mendengar, tak berkuasa, dan tidak akan bisa mengabulkan doa.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. Al-A’raf: 194)

Karenanya, siapa pun yang menyembah selain Allah, berdoa kepada selain-Nya, telah sesat dengan senyata-nyatanya Permohonan mereka sia-sia karena yang mereka mohonkan tak akan pernah mampu mengabulkan. Bahkan, sesembahan yang mereka agung-agungkan itu kelak akan menjadi musuh mereka di masa hisab (QS. Al-Ahqaf: 5-6)

Pengabulan Allah terhadap doa hamba-Nya yang paling besar adalah ketika mereka membutuhkan dengan jujur dan penuh ikhlas. Saat mereka terputus dengan hubugan sesama makhluk, keduniawian, hingga yang tertinggal hanya Allah swt semata. Ibarat seorang yang timbul-tenggelam di tengah lautan. Tak ada yang lain selain  pertolongan Allah swt yang bisa menyelamatkannya. Inilah yang terjadi pada Nabi Yunus as saat ia tengah dilamun badai di lautan.

 

“…Mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Yunus: 22)

Inilah yang disebut Al-Qur’an sebagai doa orang yang berada dalam kesulitan. Allah mengabulkan permohonan orang yang berada dalam kesulitan jika orang itu berdoa kepada-Nya, baik dengan suara lantang maupun perlahan.

Doa Nabi SAW saat perang Badar, di saat beliau berpuasa, sudah menjadi kisah yang melegenda. Saat itu, sambil menangis, Nabi memohon diberi kemenangan agar agama Islam bisa terus tegak. Jumlah pasukan muslim sangat sedikit saat itu jika dibandingkan pasukan kafir. Tapi Allah mengabulkan doa Nabi yang tengah berpuasa itu dengan memberikan kemenangan.