Lailatul Qadar atau yang lebih terkenal dengan malam yang lebih baik dari 1000 bulan merupakan malam yang mulia bagi umat Islam. Kata "al-Qadar"  sendiri diartikan juga "al-Syarf" yang artinya mulia (kemuliaan dan kebesaran). Maksudnya Allah SWT telah mengangkat kedudukan Nabi Muhammad SAW pada malam Qadar itu dan memuliakannya dengan risalah serta membangkitkannya menjadi Rasul terakhir. Mengenai hal ini diisyaratkan dalam surah Al-Qadr sebagai berikut:


اِنَّا اَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا اَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ. سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ


“Sesungguhnya aku telah menurunkan Al-qur'an pada malam lailatul qadar, tahukah kamu “apa itu lailatul qadar?”, lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turun para malaikat dan ruh qudus (malaikat jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Dari ayat tersebut, maka jelaslah lailatul qadar adalah malam yang memiliki keistimewaannya tersendiri dibanding dengan malam-malam yang lain. Apabila malam itu digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, maka ia akan mendapatkan pahala berlipat ganda satu berbanding seribu amal kebajikan (ibadah).

Hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh mencarinya pada 10 malam terakhir Ramadhan sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk mencari pahalanya. Rasulullah SAW bersabda,

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

Barangsiapa yang mengerjakan qiyamullail pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muttafaq ’alaih)