Menurut Al-Ghazali, manusia tak dapat melindungi benteng jiwanya dari serangan musuh kecuali dengan mengetahui serta menutup setiap celah dan pintu-pintu benteng itu. Orang yang tidak mengetahui keadaan benteng jiwanya tak akan mungkin dapat menjaganya.

Melindungi hati dari bisikan setan adalah wajib, bahkan fardu ain bagi setiap hamba yang mukallaf.  Pintu-pintu masuk setan tak lain adalah sifat-sifat manusia sendiri yang berjumlah banyak. Disinilah puasa berperan sebab pintu-pintu masuk setan dalam diri beberapa di antaranya bisa dicegah lewat puasa. Al-Ghazali, sebagaimana dijelaskan Said Hawwa dalam Tazkiyatun Nafs, menyebut ada beberapa pintu besar tempat masuk setan, dimana salah-satunya adalah marah, syahwat, tamak, dan kenyang.

Kemarahan adalah poin pertama pintu masuk setan yang disebut Al-Ghazali. Ketidakmampuan mengendalikan amarah adalah tanda kelemahan akal dan kegagalan mengendalikan diri. Hal ini adalah bencana bagi jiwa. Apabila manusia marah, maka setan akan mempermainkannya seperti halnya anak kecil mempermainkan bola.

Syahwat juga demikian. Keadaan syahwat yang butuh pelampiasan dan “ledakan” seperti halnya amarah jika gagal dikendalikan oleh akal yang salim akan menuai bencana pula. Syahwat yang tak hanya bersifat batin tapi juga materi ini hanya akan membuat manusia gelap mata dan tak mendengarkan lagi kebaikan-kebaikan dalam dirinya. Nabi saw bersabda dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi: “Cinta kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli.”

Hasrat terhadap harta, wanita, serta kedudukan yang lazim ada pada setiap manusia pada level buruknya akan melahirkan ketamakan dan kedengkian. Dua hal ini adalah pintu masuk setan yang besar. Ketamakan akan membuat orang menjadi zalim dan kedengkian adalah pintu bagi manusia melakukan apapun, sekalipun itu dosa yang nyata, guna mewujudkan ambisinya. Setiap dia mendapat uang seratus juta ia akan merasa memerlukan uang sejumlah itu lagi untuk memuaskan hasratnya, demikian seterusnya.

Kenyang dengan makanan adalah pintu besar berikutnya menurut al-Ghazali. Makan yang kenyang, sekalipun makanan itu halal, dapat menguatkan berbagai syahwat yang akan mempersilahkan setan masuk menyerang jiwa. Ada enam sifat tercela yang mengikuti manusia jika banyak makan.

Pertama, menghilangkan rasa takut kepada Allah dari dalam hatinya. Kedua, menghilangkan rasa sayang terhadap sesama makhluk dari dalam hatinya karena ia mengira bahwa mereka semua kenyang. Ketiga, menjadikan malas melakukan ketaatan. Keempat, ia mejadi tidak tanggap apabila mendegar perkataan hikmah. Kelima, apabila menyampaikan pesan atau hikmah maka penyampaiannya tidak meyentuh hati banyak orang. Keenam, menimbulkan banyak penyakit.

Dengan berpuasa pintu-pintu setan itu bisa kita minimalisir. Menahan diri tidak makan secara lahiriah akan membawa manusia bisa menahan amarah dan syahwatnya. Begitupun jiwa akan lebih nyaman dan tenang dalam beribadah sebab tak terlalu banyak makanan mengendap dalam lambung. Demikianlah yang bisa kita lihat dari orang-orang shaleh. Walaupun mereka berbadan kecil mereka memancarkan aura keteduhan dan ketenangan karena mereka mendawamkan puasa yang membuat jiwa meraka sangat stabil dan setan menjauh dari mereka.