Suatu ketika pesawat jenis Casa yang melintas di atas kota Damaskus, Suriah, mengalami kerusakan teknis. Dua awak pesawat bernama Jacob dan Jack yang merupakan wisatawan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di gurun pasir Palmyra, yang terletak di sebelah barat laut kota Damaskus.

Jacob dan Jack sangat beruntung. Meskipun pendaratan darurat gagal dilakukan, namun keduanya masih selamat tanpa cedera berarti. Tapi, nahas, perangkat radio satelit di kokpit tidak terselamatkan karena benturan hebat. Mereka berdua pun memutuskan untuk berjalan melintasi gurun seraya berharap dapat menemukan perkampungan.

Setelah 1 jam lamanya tersesat di tengah gurun, Jacob dan Jack mulai merasa putus harapan. Sambil terduduk lesu, menahan lapar dan haus, serta mengira-ngira apa lagi yang harus dilakukan, tiba-tiba dari kejauhan tampak sebuah bangunan sederhana berkubah. Bangunan itu rupanya sebuah masjid. Mereka berdua pun segera menghampiri bangunan tersebut sambil berharap ada penduduk lokal yang akan menolong mereka.

Namun, kurang lebih 1 kilometer mendekati masjid, Jack diliputi kebimbangan. Dia teringat film-film Hollywood yang menggambarkan betapa orang-orang Arab Badui yang tinggal di gurun pasir sangat tidak bersahabat, terutama kepada orang asing yang berkeyakinan lain seperti diri mereka berdua. Sebab itulah dia segera memikirkan sebuah siasat.

“Orang-orang yang tinggal di sekitar masjid itu pastilah kaum Muslim. Mereka pasti akan menolong asalkan kita mengaku sebagai Muslim juga. Aku khawatir jika kita berkata jujur hanya akan membahayakan jiwa kita berdua. Kamu tentu sering melihat adegan semacam itu di film-film,” demikian kata Jack kepada Jacob.

Siasat Jack sebagian cukup beralasan. Dari segi penampilan fisik, dia tidak terlalu kentara sebagai orang Amerika. Tidak seperti warga Amerika kebanyakan, Jack lebih mirip sebagai orang Persia dengan rambut hitam ikal dan raut wajah bersih. Namun, tidak demikian dengan Jacob yang boleh dibilang seorang bule tulen.
“Jadi bagaimana menurutmu, Jacob?” tanya Jack kepada sahabatnya itu.

“Tidak. Aku tidak akan mengaku sebagai Muslim. Aku akan jujur saja nanti,” tegas Jacob.
Dengan rasa lapar dan haus yang memuncak, Jack pasrah dengan keputusan Jacob. Keduanya pun sepakat menghampiri masjid. Kurang lebih 10 meter dari masjid, tiga orang Arab Badui berbadan tinggi kekar mendekati mereka berdua. Salah satunya kemudian menyapa dengan sopan.
“Siapakah Anda berdua? Apa keperluan Anda singgah ke sini?”

Jack yang sedari awal hendak mengaku sebagai Muslim segera menjawab, “Nama saya Ahmad Zakaria.”
Jacob segera menyambung kalimat Jack, “Tuan-tuan boleh memanggil saya Jacob. Kami berdua harus melakukan pendaratan darurat di tengah gurun pasir ini.”

Salah seorang Arab Badui kemudian berkata, “Alu Jacob, ahlan wa sahlan bi hudhurikum” (Halo Jacob, selamat datang di kampung kami)
Kemudian dia memerintahkan dua rekannya untuk membawa Jacob ke beranda masjid dan menjamunya dengan makanan dan minuman, serta buah-buahan segar. Air muka Jacob pun langsung sumringah mendengar perintah salah seorang lelaki yang tampak merupakan pemimpin di antara ketiga Arab Badui tersebut. 

Sejurus kemudian, lelaki yang sama berpaling ke arah Jack, lalu berkata: “Assalamu’alaikum ya Ahmad Zakaria. Ramadhan mubarak!” (Salam sejahtera untukmu wahai Ahmad Zakaria. Selamat menjalankan ibadah puasa yang penuh berkah) [erlangga.co.id/ and/ Disadur dari reddit.com]