Di dunia kerja, mungkin akan kita temui orang-orang yang memiliki sifat iri dengki. Tidak rela dengan kebaikan yang dimiliki orang lain. Ada banyak alasan orang untuk mendengki. Misalnya, iri dengki terhadap gaji, posisi, atau jabatan rekan-rekan kerja yang lain. Para pendengki menjadikan keberuntungan orang lain sebagai sasaran mereka. Mereka menggunakan segala cara untuk merampasnya.
Seseorang yang memiliki sikap iri dengki merasa tidak nyaman dan aman saat rekan kerjanya atau orang lain mendapat kebahgiaan, mendapat tambahan rezeki, jabatan naik, memperoleh proyek besar, mendapat penghargaan dari pimpinan atau teman-temannya.
Sikap iri dengki ini tidak hanya menghancurkan diri si pendengki. Namun, juga dapat menghancurkan orang lain, baik korban kedengkian maupun orang yang tertular sikap ini. Sikap iri dengki merupakan penyakit yang sangat cepat menularnya. Di saat seseorang terjangkiti penyakit ini, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu mencari kesalahan atau kelemahan orang lain. Dia pun akan menyebarkan gosip, desas-desus, tuduhan, dan fitnah sehingga orang lain ikut membenci orang yang didengkinya.
Hal ini tentu lebih kejam daripada pembunuhan atau menyakiti seseorang secara fisik, sebab yang diserang adalah wilayah batin seseorang yang secara kasat mata tidak terlihat oleh mata terlanjang, namun mampu menusuk bagian yang paling dalam yaitu hati.
Sikap iri dengan menyebarkan fitnah pada orang lain adalah upaya si pendengki untuk membunuh karier dan masa depan orang lain. Pembunuhan image atau kesan dan citra inilah yang dinamakan dengan character assasination (pembunuhan karakter). Pembunuhan karakter jauh lebih berbahaya dan lebih kejam karena tidak hanya orang tersebut yang menjadi korban, akan tetapi juga keturunannya.
Adapun ciri pendengki sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali ’Imran: 118-120 adalah:
1. Suka membuat kemudaratan/ kesusahan pada teman/ rekannya sendiri.
2. Ketika bertemu rekannya, dia berpura-pura mendukung. Sedangkan saat berada di belakang , dia menohok rekannya.
3. Mengharapkan hilangnya nikmat harta, ilmu, kehormatan, kedudukan, kebahagiaan, dan sebagainya dari orang lain agar berpindah kepadanya.
Sementara itu, sikap seseorang yang menginginkan kenikmatan orang lain tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang lain, tidak termasuk iri dengki (hasad). Melainkan, disebut al-ightibath atau ghibthah. Hal tersebut diperbolehkan. Sebagaimana Rasulullah SAW:
”Tidak boleh iri kecuali pada dua perkara: (1) orang yang dianugerahi Allah harta kemudian dia membelanjakannya di jalan al-haq/kebenaran (mengalahkan perasaan kikirnya) dan (2) orang yang diberi hikmah oleh Allah kemudian dia melaksanakannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). (Rima Rochmiati--Divaro)