Contoh dari amar ma'ruf nahi mungkar?
Dalam skala masyarakat itu berarti penegakan aturan bersama. Mencegah setiap pelanggaran. Niscaya masyarakat akan baik. Masyarakat akan harmonis, tegak, dan ideal sehingga akan menghasilkan masyarakat yang kohesif dan harmonis. Dalam konteks negara adalah penegakan hukum. Siapapun orangnya kalau hukum ditegakkan maka hasilnya akan baik. Apapun agamanya, atau tidak beragama sekali pun.

Coba kita lihat mayoritas negara maju, tingkat korupsinya nol. Seperti negara-negara Skandinavia, aturan hukum mereka tegakkan, sama untuk semua warga negara. Cina juga sudah seperti itu. Peraturan dan hukum mereka jalankan, bukannya dilanggar seperti kita disini. Separuh lebih dari yang dianjurkan Al-Qur'an sudah mereka amalkan. Mereka telah menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar. Walaupun belum ideal seluruhnya.

Termasuk pengertian amal saleh. Selama ini amal saleh dipahami hanya sebagai amal ritual seperti shalat, puasa, zikir, dan haji. Amal ritual itu tanda orang beriman belum menjadi tanda orang yang beramal saleh. Kalau orang itu rajin ritualnya maka itu tandanya dia beriman. Al-Qur'an menyatakan kalau mau sukses maka amanu wa ámilus shalihah (beriman dan beramal saleh).

 

Amal shaleh adalah segala aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya. Misalnya seorang penemu yang menemukan cara mendeteksi gempa atau mendeteksi gelombang tsunami, ini amal shaleh. Penemuannya bermanfaat bagi orang banyak. Orang yang membuat rencana jangka panjang agar hidupnya berhasil, dengan belajar dan bekerja keras, jujur dan ulet, ini juga amal saleh. Amal saleh ini tidak terkait dengan agama tertentu. Amal saleh ini universal. Kebanyakan umat Islam itu imannya bagus, tapi amal salehnya belum banyak.

 
 
 
Apakah ada contoh dimasa Rasulullah, ketika amar ma'ruf nahi munkar itu dijalankan atau tidak dijalankan?
 
 
Kita bisa lihat contoh Perang Uhud dimasa Rasulullah. Umat Islam kalah waktu itu, banyak korban yang jatuh. Perang Uhud dipimpin Nabi Muhammad sendiri, dan diikuti oleh para sahabat utama. Tapi kok kalah? Apakah iman nabi turun? Tidak mungkin. Apakah iman para sahabat utama turun? Tidak mungkin juga. Penjelasanya adalah ada satu persyaratan utama yang belum terpenuhi yaitu tidak berjalannya amar ma'ruf nahy mungkar. Kenapa saya katakan seperti itu? Karena tidak dipatuhinya komando Nabi Muhammad oleh sebagian sahabat yang ditugaskan memantau musuh dari atas bukit. Mereka semuanya turun ke bawah. Ketika pasukan musuh menyerbu, antisipasinya sudah terlambat. Karena tidak ada pasukan yang memantau. Ini menyebabkan pasukan yang dipimpin Nabi Muhammad akhirnya kalah.
 

Contoh dari Perang Uhud menunjukkan ajegnya sunnatullah. Biarpun mereka beriman, tetapi mereka tidak mematuhi hukum yang sudah disepakati bersama. Mereka gagal. Jadi ada satu hal penting yang membuat perang itu gagal, amar ma'ruf nahi munkar yang tidak dijalankan.

 

Tuhan menciptakan dunia ini beserta ketentuan-ketentuan yang berlaku di dunia, untuk semua orang. Beriman atau tidak beriman. Itu bagian dari sifat Ar-Rahman. Yaitu kasih sayang Allah yang meliputi siapa saja dan apa saja yang berada di alam semesta. Nah, kita perlu mengetahui, dan menjalankan tata cara atau sunnatulah di dunia ini. Dalam bahasanya Sayyid Quthub, penulis kitab Fi Zhilalil Qurán, umat islam tidak boleh hanya mengandalkan iman kalau mau berhasil dalam percaturan dunia ini. Ada aspek lain yang harus dijalankan untuk melengkapi iman, yaitu amal saleh, amar ma'ruf nahy munkar, dan juga mampu secara cerdas memahami sunnatullah.

 
 
 
 

Apa hikmah paling besar dari kegagalan perang uhud untuk kita sekarang?
Sebaiknya kita meyakini bahwa Allah telah menetapkan hukum yang universal bagi keberhasilan atau kegagalan di dunia ini. Ini berlaku untuk semua orang. Ini sebaiknya dipelajari oleh umat Islam.

 

Ada orang yang mengatakan bahwa ia sudah rajin shalat, shalat sunnah plus wirid dan zikir semuanya, tapi kok tidak berhasil-berhasil juga? Sebenarnya ia sudah benar. Sudah beriman. Tetapi belum menambahkan satu hal lagi, belum manjalankan sunnatullah, yaitu ketentuan-ketentuan Tuhan yang ada di dunia ini agar berhasil.

 
 

Walaupun ukuran sebenarnya dari rahmat dan ridha Allah bukanlah kesejahteraan finansial atau materi, tetapi kalau orang hendak mencari kesejahteraan materi di dunia ini, maka ia harus mengikuti sunnatullah.